Minggu, 17 September 2017

Makalah Ketahanan Keluarga Sebagai Basis Dalam Pengokohan Ketahanan Nasional



KETAHANAN KELUARGA SEBAGAI BASIS DALAM
PENGOKOHAN KETAHANAN NASIONAL

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Sebuah keluarga dibentuk dari sepasang manusia untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Keluarga merupakan unsur paling kecil dari masyarakat, bangsa, negara dan dunia. Keluarga menyatukan dua pikiran berbeda membangun sebuah komitmen dalam memulai hidup baru. Hidup baru untuk mandiri, menggapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam hal ini ketahanan keluarga sangat diperlukan sebagai struktur manajemen pemberdayaan diri untuk menjaga eksistensi kesejahteraan hidup berkeluarga.
Jika ketahanan keluarga dapat tercapai, maka pengokohan ketahanan nasional dapat terwujud dengan mudah. Namun setiap keluarga dalam lingkungan masyarakat bernegara harus mempunyai komitmen untuk mencapai ketahanan keluarga sebagai basis dalam pengokohan ketahanan nasional. Tentu hal ini tidak mudah, banyak tantangan masalah yang harus dihadapi sehingga perlu perencanaan strategi dan kematangan untuk bisa merealisasikannya. Maka dari itu, setiap unsur keluarga harus bisa menjalin komunikasi gotong-royong dan kebersamaan, menyelesaikan setiap permasalahan, menemukan solusi yang tepat serta tindakan yang bijak dalam menangani dan mengantisipasinya.

B.  Rumusan Masalah
Bagaimana ketahanan keluarga dapat menjadi basis dalam pengokohan ketahanan nasional ?

C.  Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui perlunya ketahanan keluarga sebagai basis dalam pengokohan ketahanan nasional. Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi setiap keluarga sebagai unsur masyarakat bernegara dalam membangun ketahanan keluarga menuju terciptanya ketahanan nasional.

PEMBAHASAN

A.  Konsep Ketahanan Keluarga
Kesatuan sosial terkecil dalam kehidupan masyarakat manusia adalah keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting, karena di dalam sebuah keluarga berlangsung proses sosialisasi yang akan berpengaruh besar terhadap tumbuh dan berkembangnya setiap individu, baik secara fisik, mental maupun sosial. Oleh karena itu, tugas utama keluarga untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial semua anggotanya, mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup sejahtera.
Menurut Achir (1999), suatu keluarga dikatakan memiliki ketahanan dan kemandirian yang tinggi, apabila keluarga itu dapat berperan secara optimal dalam mewujudkan seluruh potensi anggota-anggotanya. Karena itu, tanggung jawab keluarga meliputi pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan lain lain. Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut, maka fungsi keluarga meliputi: fungsi cinta kasih, perlindungan atau proteksi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pengembangan lingkungan.
Menurut pemikiran Achir tersebut, cara untuk mengetahui ketahanan keluarga dengan mencermati pelaksanaan sejumlah fungsi keluarga. Apabila sebuah keluarga telah mampu secara optimal melaksanakan sejumlah fungsinya, maka keluarga tersebut dapat dikatakan memiliki katahanan. Sebaliknya, apabila sebuah keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi secara optimal, maka sebuah keluarga tersebut memiliki kerapuhan dan telah kehilangan eksistensinya.
Kemudian menurut Megawangi, Zeitlin dan Garman (Sunarti dkk, 2003), ketahahan keluarga adalah kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki serta menanggulangi masalah yang dihadapi untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun psikosial keluarga. Dari dua definisi tersebut, unsur-unsur di dalam ketahanan keluarga adalah pengelolaan sumber daya manusia, pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan.
Dikemukakan oleh Budhi Santoso (1994) dalam tulisannya “Ketahanan Keluarga sebagai Basis bagi Pembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia”, bahwa betapapun sederhananya kehidupan suatu keluarga, pasti mengembangkan organisasiasi sosial yang masing-masing menjamin ketertiban dan pencapaian tujuan hidup bersama. Organisasiasi sosial itu pada intinya meliputi pengaturan hubungan sosial antar anggota (social alignment), cita-cita atau tujuan bersama yang mengikat kesatuan sosial yang bersangkutan (social media), ketentuan sosial yang disepakati sebagai pedoman dalam pergaulan social (social standard) dan penegakan ketertiban hidup bersama (social control). Berdasarkan pemikiran ini, maka setiap orang, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota masyarakat terikat oleh keempat norma sosial tersebut dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Sebuah keluarga dibangun dengan ikrar pernikahan untuk mencapai rumah tangga yang sakinah (ketenangan/ketenteraman), mawaddah (rasa cinta) dan warahmah (penuh kasih sayang). Ikrar ini mengikat satu sama lain membangun komitmen seia sekata, penuh tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan masa depan anak-anaknya.
Unsur keluarga terdiri dari ibu, ayah dan anak-anaknya. Sang ibu berperan sebagai pemberi kasih sayang yang penuh kelembutan dan kebijaksanaan dalam merawat anak-anaknya. Sang ibu adalah sosok perempuan penyemangat dan pembimbing, mengontrol pertumbuhan dan perkembangan sang anak. Dia adalah penentu kebijakan disamping keberadaan sang ayah. Sedangkan sang ayah adalah sosok pemimpin rumah tangga. Dia bertanggung jawab dalam segala hal menjalankan penghidupan keluarga. Dia adalah penentu keputusan dalam berbagai permasalahan dan tindak tanduk keluarga. Anak-anaknya sendiri adalah anggota keluarga yang berperan membantu kedua orang tuanya secara bersama-sama sekaligus menaati peraturan yang berlaku dalam kehidupan keluarga.
Pendidikan bagi anak-anak memang paling penting diperhatikan. Pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan informal yang pertama dan utama bagi masa depan anak-anak. Anak-anak harus dipersiapkan lebih baik sebelum mengecap pendidikan dan kehidupan baru di luar rumah. Mereka adalah generasi-generasi penerus yang juga menjadi landasan utama unsur ketahanan keluarga. Pendidikan moral, agama dan etika adalah bekal utama sebagai kesiapan mereka menuju sekolah. Pendidikan tersebut harus tetap ada sampai mereka lepas dari tanggung jawab orang tua. Kedua orang tua adalah guru utama yang harus memberikan keteladanan yang baik sebagai pendidikan natural bagi anak-anaknya. Perhatian dan bimbingan khusus harus diberikan secara kontinyu untuk mengontrol perkembangan sang anak. Jangan sampai ada istilah “lepas tanggung jawab” ketika sang anak mengalami salah asuhan karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Untuk mempertahankan keutuhan keluarga, setiap anggota keluarga punya tanggung jawab dan tugas masing-masing yang harus dipenuhi. Berusaha untuk saling mengisi, saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain. Selalu mengutamakan kedisiplinan, kebersamaan, keadilan dan keimanan dalam setiap kesempatan apapun. Semuanya dilakukan dengan sungguh-sungguh demi mempertahankan eksistensi dan konsistensi keluarga.
Kesemuanya itu dibutuhkan perencanaan yang matang dengan menyiasati struktur manajemen pemberdayaan diri masing-masing dalam berkeluarga. Keluarga berencana yang bahagia, mandiri, sejahtera dan konsisten terhadap ikrar pernikahan. Segala persoalan diselesaikan dengan komunikasi seimbang, prinsip gotong royong dan mengambil keputusan secara musyawarah mufakat. Hal inilah yang akan menjadi penentu ketahanan keluarga. Jika komitmen antar anggota keluarga tidak bisa dipertahankan, maka ketahanan keluarga juga tidak akan mudah tercapai.

B.  Refleksi Ketahanan Keluarga dalam Konsep Ketahanan Nasional
Jika direfleksikan sebagai sebuah negara, maka ketahanan keluarga dapat dikatakan menunjang proses menuju ketahanan nasional. Keluarga merupakan unsur terkecil dalam lingkungan sebuah negara. Keluarga juga dapat menjadi gambaran sebuah negara karena struktur pembentuk dan hubungan unsur-unsur yang sama. Gambaran keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah memberikan kesan sebuah negara yang ingin membangun sebuah bangsa yang merdeka, makmur dan sejahtera sebagai unsur terpenting dalam mencapai ketahanan nasional.
Ketahanan pribadi adalah salah satu faktor pendukung utama dalam unsur-unsur pembentuk ketahanan nasional. Ketahanan pribadi ditumbuhkan karena adanya ketahanan keluarga, disini arti ketahanan keluarga adalah karena adanya pengaruh yang besar dalam ketahanan pribadi. Keluargalah yang memberitahu dan mengajari serta menunjukkan arti pentingnya dari pertahanan pribadi dimana setiap pribadi belajar tentang arti penting dari sebuah ketahanan yang bertujuan untuk memacu ketahanan nasional.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional (Lemhanas, 2000: 98). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional sangat diperlukan. Ini dimaksudkan agar bangsa dapat melangsungkan kehidupannya yang sejahtera, merasa aman, jauh dari ancaman, tetapi harus selalu tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi.
Ketahanan nasional memiliki sifat-sifat mendasar, yaitu: mandiri, dinamis, manunggal, wibawa, serta konsultasi (saling mendengarkan pendapat) dan kerjasama. Selain sifatnya, ketahanan nasional mempunyai beberapa asas yang sangat penting, berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta wawasan nusantara, yaitu: asas kesejahteraan dan keamanan, asas komprehensif/menyeluruh terpadu serta asas kekeluargaan. Ketahanan nasional juga memiliki konsepsi yang penting untuk diketahui, yaitu: ketangguhan, keuletan, identitas, integritas, ancaman, serta hambatan dan gangguan (Ningrum, 2013).
Seperti halnya ketahanan keluarga, untuk mencapai ketahanan nasional harus dilandasi komitmen (ikrar) bagi seluruh unsur penerus bangsa ini. Untuk membangun bangsa yang madani, konsep politik bangsa harus direncanakan dengan strategi yang matang dan berdayaguna bagi keutuhan dan kesejahteraan bangsa. Jika konsep politik dari setiap penjuru bangsa dikotori hal-hal negatif, maka tentu akan berimbas buruk bagi terciptanya ketahanan nasional. Berbagai permasalahan yang bermunculan butuh solusi yang tepat agar dapat menyelesaikannya secara bijak. Butuh kesediaan kerjasama yang baik, komunikasi yang berkelanjutan, prinsip gotong royong kebersamaan serta pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat dalam menanganinya.
Tanggung jawab sudah berada di tangan masing-masing untuk mengurus bangsa ini dengan profesional. Amanah sudah lama ditakbirkan dalam hati untuk konsisten dalam tugas, konsekuen dalam segala tindakan. Keadilan juga harus menjadi prinsip utama dalam menjamin kesejahteraan dan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kedisiplinan harus terus dijaga yang mengacu pada segala peraturan perundang-undangan dan norma-norma yang berlaku. Selain itu, ketegasan dan kebijaksanaan pemimpin bangsa terhadap segala keputusan dan komitmen yang diambil adalah unsur integritas penting dalam menjaga ketahanan nasional kita.
Para petinggi negara harus terdepan dalam menjaga keteladanan yang baik terhadap para generasi muda. Jangan menjadikan korupsi sebagai budaya di setiap kesempatan institusi pemerintahan, tetapi berusaha untuk membuat prestasi dalam memajukan bangsa menjadi lebih baik lagi di mata rakyat maupun di mata dunia. Spiritualitas keimanan juga harus menjadi landasan dalam mengontrol politik dan kebijakan yang diambil untuk kemaslahatan bangsa. Langkah nyata harus selalu diprioritaskan demi membangun bangsa yang lebih mandiri, sejahtera, berkarakter dan merdeka.
Salah satu kunci penting ketahanan nasional adalah pendidikan. Pendidikan untuk anak bangsa adalah bekal paling mendasar dalam menjaga kualitas generasi penerus bangsa ini di masa depan. Selain itu, revolusi perbaikan mental harus diwujudkan di setiap unsur bangsa dari atas sampai ke bawah. Keadilan dan kesejahteraan difokuskan secara luas dan merata. Sudah saatnya pembangunan mulai dipusatkan di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. Sehingga daerah-daerah tersebut dapat terekspos oleh pembangunan dan juga dapat memberikan kontribusi penting terutama dalam bidang pariwisata, budaya dan industri lokal.   
Motivasi untuk mandiri (berswasembada) juga harus lebih ditekankan untuk kemajuan kualitas bangsa dengan memperbanyak kuantitas sarana pendidikan dan keterampilan dari berbagai unsur masyarakat. Dengan pendidikan dan keterampilan, pendirian bangsa ini akan terangkat lebih maju dan berkembang lebih baik. Anak-anak berprestasi harus didukung dan dirangkul secara khusus untuk mempersiapkan mereka dengan matang dengan ketersediaan fasilitas dan proyek yang lebih lengkap dan memuaskan.
Refleksi ketahanan keluarga dengan ketahanan nasional tersebut merupakan gambaran yang konkret dan kompleks. Jika ketahanan keluarga dapat diwujudkan dengan baik, maka akan berimplikasi pada dua kesimpulan. Pertama, ketahanan keluarga dapat menjadi langkah awal dalam mewujudkan ketahanan nasional yang tentunya harus dijadikan prioritas bagi setiap keluarga untuk menggapai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Kedua, ketahanan keluarga dapat menjadi refleksi pembelajaran dasar menuju terciptanya ketahanan nasional.
Ketahanan keluarga yang bahagia, sejahtera dan mandiri dapat menjadi basis penting dalam pengokohan ketahanan nasional. Dari gambaran di atas, sudah jelas dipaparkan antara ketahanan keluarga dan ketahanan nasional. Gambaran tersebut merefleksikan persamaan antar keduanya dalam mewujudkan ketahanan yang diharapkan sebagai bentuk antisipasi terhadap segala kemungkinan, barometer persaingan global, serta sebagai wujud kualitas kemajuan. Sehingga dapat dikatakan ketahanan keluarga sejajar dengan ketahanan nasional, keduanya bersinergi membangun kekuatan utuh satu sama lain. Berawal dari ketahanan keluarga sebagai basis pengalaman, pembelajaran, kematangan dan semangat untuk lebih maju yang selanjutnya berimplikasi dalam bentuk aplikasi nyata yang diperjuangkan untuk mencapai ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa.
Jika setiap lingkungan keluarga dalam lingkungan bernegara menerapkan konsep ketahanan keluarga seperti yang telah dipaparkan sebelumya, maka otomatis ketahanan nasional akan lebih mudah tercapai. Sehingga konsep ketahanan nasional juga dapat lebih mudah untuk diwujudkan seiring dengan konsep ketahanan keluarga, secara bersama-sama saling melengkapi dan saling mendukung menuju tercapainya satu titik ketahanan nasional. Dengan kata lain, setiap unsur pribadi dalam keluarga dan setiap unsur keluarga dalam masyarakat bernegara harus saling bekerjasama membangun ketahanan nasional yang lebih tangguh, mandiri, dan sejahtera.


PENUTUP

A.  Kesimpulan
Ketahanan keluarga dapat menjadi basis dalam pengokohan ketahanan nasional, jika semua unsur masyarakat dapat menerapkan konsep rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Setiap unsur dalam keluarga harus membangun sebuah komitmen untuk hidup sejahtera, tanggung jawab dalam amanah, membudayakan kedisiplinan, keteladanan dan konsep keadilan, serta menerapkan kerja sama, gotong royong dan musyawarah dalam keluarga. Hal ini dapat berimbas positif bagi ketahanan nasional melalui pendidikan informal dan pengalaman secara matang dalam kehidupan berkeluarga. Sehingga ada semangat kemajuan untuk ikut membantu mewujudkan kehidupan berbangsa yang lebih baik sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan keluarga. Selain itu, ketahanan keuarga dapat melahirkan generasi-generasi penerus baru yang lebih matang dan memiliki daya saing alami untuk mewujudkan ketahanan nasional yang lebih baik.

B.  Implikasi
Sudah seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, bersama-sama mewujudkan ketahanan nasional mulai dari dalam diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam berkeluarga, kesempatan tersebut lebih luas untuk menerapkan komitmen membangun ketahanan keluarga melalui konsep keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Meskipun banyak ketimpangan yang terjadi dalam negeri ini, seharusnya kita jangan ikut-ikutan terbawa dalam arus negatif politik. Kita harus mengubah mindset masing-masing untuk ikut terlibat memperbaiki nasib masa depan bangsa ini dengan langkah kecil dalam lingkungan keluarga. Dengan begitu, anak-anak yang kita bimbing dalam lingkungan keluarga bisa belajar dari perjuangan mewujudkan ketahanan keluarga sebagai langkah awal dalam menggapai ketahanan nasional yang lebih mandiri, sejahtera, berkarakter, berwibawa dan berbudaya.



DAFTAR PUSTAKA

Achir, Yaumil Agus. 1999. Pembangunan Kesejahteraan Keluarga Sebagai Wahana Pembangunan Bangsa. Prisma.

Ningrum, Nadya Puspa. 2013. Konsep Ketahanan Nasional Serta Peran Masyarakat dalam Mewujudkannya. Dalam http://nadyapuspaningrum.blogspot.com/2012/05/ketahanan-nasional.html


Santoso, S. Budhi. 1994. Ketahanan Keluarga Sebagai Basis bagi Pembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jakarta: Badan Litbang Kesejahteraan Sosial.

Sunarti, Euis, dkk. 2003. Perumusan Ukuran Ketahanan Keluarga. Media Gizi dan Keluarga, Juli, 2003, 27 (1) I-II.

 

 Rangas TamMalassu-Majene, 20 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar