KETAHANAN KELUARGA SEBAGAI BASIS DALAM
PENGOKOHAN KETAHANAN NASIONAL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah keluarga dibentuk dari sepasang manusia
untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Keluarga
merupakan unsur paling kecil dari masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Keluarga menyatukan dua pikiran berbeda membangun sebuah komitmen dalam memulai
hidup baru. Hidup baru untuk mandiri, menggapai keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Dalam hal ini ketahanan keluarga sangat diperlukan sebagai struktur
manajemen pemberdayaan diri untuk menjaga eksistensi kesejahteraan hidup
berkeluarga.
Jika ketahanan keluarga dapat tercapai, maka
pengokohan ketahanan nasional dapat terwujud dengan mudah. Namun setiap
keluarga dalam lingkungan masyarakat bernegara harus mempunyai komitmen untuk
mencapai ketahanan keluarga sebagai basis dalam pengokohan ketahanan nasional.
Tentu hal ini tidak mudah, banyak tantangan masalah yang harus dihadapi
sehingga perlu perencanaan strategi dan kematangan untuk bisa merealisasikannya.
Maka dari itu, setiap unsur keluarga harus bisa menjalin komunikasi
gotong-royong dan kebersamaan, menyelesaikan setiap permasalahan, menemukan
solusi yang tepat serta tindakan yang bijak dalam menangani dan
mengantisipasinya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana ketahanan keluarga dapat menjadi basis dalam
pengokohan ketahanan nasional ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
perlunya ketahanan keluarga sebagai basis dalam pengokohan ketahanan nasional. Diharapkan
tulisan ini bermanfaat bagi setiap keluarga sebagai unsur masyarakat bernegara
dalam membangun ketahanan keluarga menuju terciptanya ketahanan nasional.
PEMBAHASAN
A. Konsep Ketahanan Keluarga
Kesatuan sosial
terkecil dalam kehidupan masyarakat
manusia adalah keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting,
karena di dalam sebuah
keluarga berlangsung proses sosialisasi
yang akan berpengaruh besar terhadap
tumbuh dan berkembangnya setiap individu,
baik secara fisik,
mental maupun sosial.
Oleh karena itu, tugas utama keluarga untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial semua
anggotanya, mencakup pemeliharaan
dan perawatan anak-anak, membimbing
perkembangan pribadi, serta mendidik
agar mereka hidup sejahtera.
Menurut Achir (1999), suatu keluarga dikatakan
memiliki ketahanan dan kemandirian yang tinggi, apabila keluarga itu dapat berperan
secara optimal dalam mewujudkan seluruh potensi anggota-anggotanya. Karena itu,
tanggung jawab keluarga meliputi pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan lain lain. Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut, maka fungsi keluarga meliputi: fungsi cinta kasih, perlindungan atau proteksi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pengembangan lingkungan.
Menurut pemikiran Achir
tersebut, cara untuk mengetahui ketahanan
keluarga dengan mencermati pelaksanaan
sejumlah fungsi keluarga. Apabila sebuah keluarga telah mampu
secara optimal melaksanakan sejumlah fungsinya, maka keluarga tersebut dapat dikatakan
memiliki katahanan. Sebaliknya, apabila sebuah keluarga tidak mampu melaksanakan
fungsi secara optimal, maka sebuah keluarga tersebut memiliki kerapuhan dan
telah kehilangan eksistensinya.
Kemudian menurut Megawangi,
Zeitlin dan Garman (Sunarti dkk, 2003),
ketahahan keluarga adalah kemampuan keluarga
dalam mengelola sumber daya yang
mereka miliki serta menanggulangi masalah yang
dihadapi untuk dapat memenuhi kebutuhan
fisik maupun psikosial keluarga. Dari dua definisi
tersebut, unsur-unsur di dalam ketahanan
keluarga adalah pengelolaan sumber daya manusia,
pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan.
Dikemukakan oleh Budhi Santoso (1994) dalam tulisannya “Ketahanan Keluarga sebagai Basis bagi Pembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia”, bahwa betapapun sederhananya kehidupan suatu keluarga, pasti mengembangkan organisasiasi sosial yang masing-masing menjamin ketertiban dan pencapaian tujuan hidup bersama. Organisasiasi sosial itu pada intinya meliputi pengaturan hubungan
sosial antar anggota (social alignment), cita-cita atau tujuan bersama yang mengikat
kesatuan sosial yang bersangkutan (social media), ketentuan sosial yang disepakati sebagai pedoman dalam pergaulan social (social
standard) dan penegakan
ketertiban hidup bersama (social control). Berdasarkan pemikiran
ini, maka setiap orang, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota masyarakat
terikat oleh keempat norma sosial tersebut dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Sebuah keluarga dibangun dengan
ikrar pernikahan untuk mencapai rumah tangga yang sakinah
(ketenangan/ketenteraman), mawaddah (rasa cinta) dan warahmah (penuh kasih
sayang). Ikrar ini mengikat satu sama lain membangun komitmen seia sekata,
penuh tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan masa depan anak-anaknya.
Unsur keluarga terdiri dari ibu,
ayah dan anak-anaknya. Sang ibu berperan sebagai pemberi kasih sayang yang
penuh kelembutan dan kebijaksanaan dalam merawat anak-anaknya. Sang ibu adalah
sosok perempuan penyemangat dan pembimbing, mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan sang anak. Dia adalah penentu kebijakan disamping keberadaan sang
ayah. Sedangkan sang ayah adalah sosok pemimpin rumah tangga. Dia bertanggung
jawab dalam segala hal menjalankan penghidupan keluarga. Dia adalah penentu
keputusan dalam berbagai permasalahan dan tindak tanduk keluarga. Anak-anaknya
sendiri adalah anggota keluarga yang berperan membantu kedua orang tuanya
secara bersama-sama sekaligus menaati peraturan yang berlaku dalam kehidupan keluarga.
Pendidikan bagi anak-anak memang
paling penting diperhatikan. Pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan
informal yang pertama dan utama bagi masa depan anak-anak. Anak-anak harus
dipersiapkan lebih baik sebelum mengecap pendidikan dan kehidupan baru di luar
rumah. Mereka adalah generasi-generasi penerus yang juga menjadi landasan utama
unsur ketahanan keluarga. Pendidikan moral, agama dan etika adalah bekal utama
sebagai kesiapan mereka menuju sekolah. Pendidikan tersebut harus tetap ada
sampai mereka lepas dari tanggung jawab orang tua. Kedua orang tua adalah guru
utama yang harus memberikan keteladanan yang baik sebagai pendidikan natural
bagi anak-anaknya. Perhatian dan bimbingan khusus harus diberikan secara
kontinyu untuk mengontrol perkembangan sang anak. Jangan sampai ada istilah
“lepas tanggung jawab” ketika sang anak mengalami salah asuhan karena kurangnya
perhatian dari orang tua.
Untuk mempertahankan keutuhan
keluarga, setiap anggota keluarga punya tanggung jawab dan tugas masing-masing
yang harus dipenuhi. Berusaha untuk saling mengisi, saling menjaga dan
mengingatkan satu sama lain. Selalu mengutamakan kedisiplinan, kebersamaan,
keadilan dan keimanan dalam setiap kesempatan apapun. Semuanya dilakukan dengan
sungguh-sungguh demi mempertahankan eksistensi dan konsistensi keluarga.
Kesemuanya itu dibutuhkan
perencanaan yang matang dengan menyiasati struktur manajemen pemberdayaan diri
masing-masing dalam berkeluarga. Keluarga berencana yang bahagia, mandiri,
sejahtera dan konsisten terhadap ikrar pernikahan. Segala persoalan diselesaikan
dengan komunikasi seimbang, prinsip gotong royong dan mengambil keputusan
secara musyawarah mufakat. Hal inilah yang akan menjadi penentu ketahanan
keluarga. Jika komitmen antar anggota keluarga tidak bisa dipertahankan, maka
ketahanan keluarga juga tidak akan mudah tercapai.
B. Refleksi Ketahanan Keluarga dalam Konsep Ketahanan
Nasional
Jika direfleksikan sebagai sebuah negara, maka ketahanan
keluarga dapat dikatakan menunjang proses menuju ketahanan nasional. Keluarga
merupakan unsur terkecil dalam lingkungan sebuah negara. Keluarga juga dapat
menjadi gambaran sebuah negara karena struktur pembentuk dan hubungan
unsur-unsur yang sama. Gambaran keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah
memberikan kesan sebuah negara yang ingin membangun sebuah bangsa yang merdeka,
makmur dan sejahtera sebagai unsur terpenting dalam mencapai ketahanan
nasional.
Ketahanan
pribadi adalah salah satu faktor pendukung utama dalam unsur-unsur pembentuk
ketahanan nasional. Ketahanan pribadi ditumbuhkan karena adanya ketahanan
keluarga, disini arti ketahanan keluarga adalah karena adanya pengaruh yang
besar dalam ketahanan pribadi. Keluargalah
yang memberitahu dan mengajari serta menunjukkan arti pentingnya dari
pertahanan pribadi dimana setiap pribadi belajar tentang arti penting dari
sebuah ketahanan yang bertujuan untuk memacu ketahanan nasional.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang
meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integritas, dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional (Lemhanas, 2000: 98). Dari pengertian
tersebut
dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional sangat
diperlukan. Ini dimaksudkan agar bangsa dapat
melangsungkan kehidupannya yang sejahtera, merasa aman, jauh dari ancaman,
tetapi harus selalu tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi.
Ketahanan
nasional memiliki sifat-sifat mendasar, yaitu: mandiri, dinamis, manunggal,
wibawa, serta konsultasi (saling mendengarkan pendapat) dan kerjasama. Selain sifatnya, ketahanan nasional mempunyai beberapa
asas yang sangat penting, berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta wawasan
nusantara, yaitu: asas kesejahteraan dan keamanan, asas komprehensif/menyeluruh
terpadu serta asas kekeluargaan. Ketahanan nasional juga memiliki konsepsi yang
penting untuk diketahui, yaitu: ketangguhan, keuletan, identitas, integritas, ancaman, serta hambatan dan gangguan (Ningrum, 2013).
Seperti halnya ketahanan
keluarga, untuk mencapai ketahanan nasional harus dilandasi komitmen (ikrar)
bagi seluruh unsur penerus bangsa ini. Untuk membangun bangsa yang madani,
konsep politik bangsa harus direncanakan dengan strategi yang matang dan berdayaguna
bagi keutuhan dan kesejahteraan bangsa. Jika konsep politik dari setiap penjuru
bangsa dikotori hal-hal negatif, maka tentu akan berimbas buruk bagi
terciptanya ketahanan nasional. Berbagai permasalahan yang bermunculan butuh
solusi yang tepat agar dapat menyelesaikannya secara bijak. Butuh kesediaan
kerjasama yang baik, komunikasi yang berkelanjutan, prinsip gotong royong
kebersamaan serta pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat dalam
menanganinya.
Tanggung jawab sudah
berada di tangan masing-masing untuk mengurus bangsa ini dengan profesional.
Amanah sudah lama ditakbirkan dalam hati untuk konsisten dalam tugas, konsekuen
dalam segala tindakan. Keadilan juga harus menjadi prinsip utama dalam menjamin
kesejahteraan dan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kedisiplinan harus terus
dijaga yang mengacu pada segala peraturan perundang-undangan dan norma-norma
yang berlaku. Selain itu, ketegasan dan kebijaksanaan pemimpin bangsa terhadap
segala keputusan dan komitmen yang diambil adalah unsur integritas penting
dalam menjaga ketahanan nasional kita.
Para petinggi negara harus
terdepan dalam menjaga keteladanan yang baik terhadap para generasi muda. Jangan
menjadikan korupsi sebagai budaya di setiap kesempatan institusi pemerintahan,
tetapi berusaha untuk membuat prestasi dalam memajukan bangsa menjadi lebih
baik lagi di mata rakyat maupun di mata dunia. Spiritualitas keimanan juga
harus menjadi landasan dalam mengontrol politik dan kebijakan yang diambil
untuk kemaslahatan bangsa. Langkah nyata harus selalu diprioritaskan demi
membangun bangsa yang lebih mandiri, sejahtera, berkarakter dan merdeka.
Salah satu kunci penting
ketahanan nasional adalah pendidikan. Pendidikan untuk anak bangsa adalah bekal
paling mendasar dalam menjaga kualitas generasi penerus bangsa ini di masa
depan. Selain itu, revolusi perbaikan mental harus diwujudkan di setiap unsur
bangsa dari atas sampai ke bawah. Keadilan dan kesejahteraan difokuskan secara
luas dan merata. Sudah saatnya pembangunan mulai dipusatkan di daerah-daerah
terpencil dan tertinggal. Sehingga daerah-daerah tersebut dapat terekspos oleh
pembangunan dan juga dapat memberikan kontribusi penting terutama dalam bidang pariwisata,
budaya dan industri lokal.
Motivasi untuk mandiri
(berswasembada) juga harus lebih ditekankan untuk kemajuan kualitas bangsa
dengan memperbanyak kuantitas sarana pendidikan dan keterampilan dari berbagai
unsur masyarakat. Dengan pendidikan dan keterampilan, pendirian bangsa ini akan
terangkat lebih maju dan berkembang lebih baik. Anak-anak berprestasi harus
didukung dan dirangkul secara khusus untuk mempersiapkan mereka dengan matang
dengan ketersediaan fasilitas dan proyek yang lebih lengkap dan memuaskan.
Refleksi ketahanan
keluarga dengan ketahanan nasional tersebut merupakan gambaran yang konkret dan
kompleks. Jika ketahanan keluarga dapat diwujudkan dengan baik, maka akan
berimplikasi pada dua kesimpulan. Pertama, ketahanan keluarga dapat menjadi
langkah awal dalam mewujudkan ketahanan nasional yang tentunya harus dijadikan
prioritas bagi setiap keluarga untuk menggapai keluarga yang sakinah, mawaddah
dan warahmah. Kedua, ketahanan keluarga dapat menjadi refleksi pembelajaran
dasar menuju terciptanya ketahanan nasional.
Ketahanan keluarga yang
bahagia, sejahtera dan mandiri dapat menjadi basis penting dalam pengokohan
ketahanan nasional. Dari gambaran di atas, sudah jelas dipaparkan antara
ketahanan keluarga dan ketahanan nasional. Gambaran tersebut merefleksikan
persamaan antar keduanya dalam mewujudkan ketahanan yang diharapkan sebagai
bentuk antisipasi terhadap segala kemungkinan, barometer persaingan global,
serta sebagai wujud kualitas kemajuan. Sehingga dapat dikatakan ketahanan
keluarga sejajar dengan ketahanan nasional, keduanya bersinergi membangun
kekuatan utuh satu sama lain. Berawal dari ketahanan keluarga sebagai basis pengalaman,
pembelajaran, kematangan dan semangat untuk lebih maju yang selanjutnya
berimplikasi dalam bentuk aplikasi nyata yang diperjuangkan untuk mencapai
ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa.
Jika setiap lingkungan keluarga
dalam lingkungan bernegara menerapkan konsep ketahanan keluarga seperti yang
telah dipaparkan sebelumya, maka otomatis ketahanan nasional akan lebih mudah
tercapai. Sehingga konsep ketahanan nasional juga dapat lebih mudah untuk
diwujudkan seiring dengan konsep ketahanan keluarga, secara bersama-sama saling
melengkapi dan saling mendukung menuju tercapainya satu titik ketahanan
nasional. Dengan kata lain, setiap unsur pribadi dalam keluarga dan setiap
unsur keluarga dalam masyarakat bernegara harus saling bekerjasama membangun
ketahanan nasional yang lebih tangguh, mandiri, dan sejahtera.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketahanan keluarga dapat menjadi basis dalam
pengokohan ketahanan nasional, jika semua unsur masyarakat dapat menerapkan
konsep rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Setiap unsur dalam
keluarga harus membangun sebuah komitmen untuk hidup sejahtera, tanggung jawab
dalam amanah, membudayakan kedisiplinan, keteladanan dan konsep keadilan, serta
menerapkan kerja sama, gotong royong dan musyawarah dalam keluarga. Hal ini
dapat berimbas positif bagi ketahanan nasional melalui pendidikan informal dan
pengalaman secara matang dalam kehidupan berkeluarga. Sehingga ada semangat
kemajuan untuk ikut membantu mewujudkan kehidupan berbangsa yang lebih baik
sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan keluarga. Selain itu, ketahanan
keuarga dapat melahirkan generasi-generasi penerus baru yang lebih matang dan memiliki
daya saing alami untuk mewujudkan ketahanan nasional yang lebih baik.
B. Implikasi
Sudah seharusnya kita sebagai warga negara
Indonesia yang baik, bersama-sama mewujudkan ketahanan nasional mulai dari
dalam diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam
berkeluarga, kesempatan tersebut lebih luas untuk menerapkan komitmen membangun
ketahanan keluarga melalui konsep keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Meskipun banyak ketimpangan yang terjadi dalam negeri ini, seharusnya kita
jangan ikut-ikutan terbawa dalam arus negatif politik. Kita harus mengubah mindset
masing-masing untuk ikut terlibat memperbaiki nasib masa depan bangsa ini
dengan langkah kecil dalam lingkungan keluarga. Dengan begitu, anak-anak yang
kita bimbing dalam lingkungan keluarga bisa belajar dari perjuangan mewujudkan
ketahanan keluarga sebagai langkah awal dalam menggapai ketahanan nasional yang
lebih mandiri, sejahtera, berkarakter, berwibawa dan berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Yaumil Agus. 1999. Pembangunan Kesejahteraan
Keluarga Sebagai Wahana Pembangunan Bangsa.
Prisma.
Ningrum, Nadya Puspa. 2013. Konsep Ketahanan Nasional Serta Peran Masyarakat dalam Mewujudkannya. Dalam http://nadyapuspaningrum.blogspot.com/2012/05/ketahanan-nasional.html
Santoso,
S. Budhi. 1994. Ketahanan Keluarga Sebagai
Basis bagi Pembinaan Kualitas Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Badan Litbang
Kesejahteraan Sosial.
Sunarti,
Euis, dkk. 2003. Perumusan Ukuran Ketahanan
Keluarga. Media Gizi dan Keluarga,
Juli, 2003, 27 (1) I-II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar