TUGAS
INDIVIDU
MATA KULIAH : FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING : MUH.
HIDAYAT, M. Phil
KATA
PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT. Atas berkat dan hidayah-Nya-lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula Shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW
sebagai "Uswatun Hasanah" bagi dunia pendidikan Islam.
Makalah yang berjudul “Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam”
ini sengaja saya susun sebagai tugas individu sekaligus sebagai bahan diskusi
pada tatap muka perkuliahan FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Sebelumnya, saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Akhirnya, saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah
ini tak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan
maupun isi di dalamnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran ataupun
kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama dari Dosen
Pembimbing yang bersangkutan, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi diri saya pribadi, Amien… !!!
Minallahil Musta'an Wa'alaihit Tiklan
Majene, 7 Oktober 2012
Penyusun,
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk
meningkatkan kadar keimanannya terhadap
Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti tentang dasar-dasar Ilmu
pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih
mengerti akan terciptanya seorang hamba yang beriman. Pendidikan
merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan Islam
adalah usaha merubah tingkah laku individu di dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses
pendidikan.
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan
menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan Islam
secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan
kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.
Dengan
landasan yang kokoh dan kuat, tentu pada akhirnya akan dapat mewujudkan tujuan
yang maksimal yang menciptakan sosok manusia yang berkualitas yang islami
menurut Al-Qur'an, sosok teladan dalam menata kembali pendidikan Islam yang
bernilai ibadah.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang
menjadi dasar atau landasan dalam pendidikan Islam ?
2.
Apakah yang
menjadi tujuan dalam proses pendidikan Islam ?
3.
Bagaimana
kualitas manusia menurut Al-Qur'an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DASAR
PENDIDIKAN ISLAM
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan
untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan Islam tentu saja
didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada
falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam tersebut dapat
dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dasar
pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur'an
Al-Quran adalah “Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk
menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi
pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta merupakan ibadah bagi yang membacanya”.
Umat islam sebagai suatu umat yang
dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah
barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada falsafah hidup yang
berdasarkan kepada Al-Quran.
Pada masa awal pertumbuhan Islam, Nabi Muhammada Saw adalah sebagai pendidik pertama, telah menjadikan
Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam disamping Sunnah beliau
sendiri. Kedudukan Al-Quran sebagai sumber
pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri.
Firman Allah SWT dalam surat Shad :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Q.S. Shaad : 29)
Sehubungan dengan masalah ini,
Muhammad Fadhil Al-Jamali seperti yang dikutip oleh Ramayulis menyatakan, bahwa
“Pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk
kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab
pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian)".
2. As-Sunnah
Sunnah dapat dijadikan dasar
pendidikan islam karena sunnah hakikatnya tak lain adalah
penjelasan dan praktek dari ajaran Al-Qurân itu sendiri, disamping memang
sunnah merupakan sumber utama pendidikan islam karena Allah Swt menjadikan
Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Ahzab sebagai
berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (Q.S.Al-Ahzab : 21)
Adapun konsepsi dasar pendidikan yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
a. Disampaikan sebagai rahmatan
li al-alamin.
b. Disampaikan secara Universal
c. Apa yang disampaikan merupakan
kebenaran mutlak.
d. Kehadiran Nabi sebagai evaluator
atas segala aktivitas pendidikan.
e. Perilaku Nabi sebagai figur
identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya.
Sabda Rasulullah Saw :
“Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat
selama-lamanya, selama kamu masih berpegang teguh kepada keduanya, yaitu
kitabullah dan sunnah Rasulullah”. (H.R. Bukhari Muslim).
Ramayulis menjelaskan, bahwa prinsip
menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata, tetapi juga kebenaran yang dapat diterima oleh
akal yang sehat dan bukti sejarah. Adapun kebenaran yang dikemukakan-Nya
mengandung kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relatif.
3. Ijtihad
Pendidikan sebagai lembaga sosial
akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang tejadi di
masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di zaman sekarang atau
mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai pada masa
Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa
sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pada pendidik muslim. Ijtihad
pada dasarnya merupakan usaha sungguh-sungguh orang muslim untuk selalu berperilaku
berdasarkan ajaran Islam, manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari
al-Qur`an ataupun Sunnah.
Dengan demikian untuk melengkapi dan lebih mempermudah terealisasinya
ajaran islam itu sangat dibutuhkan ijtihad, sebab globalisasi dari Al-Quran dan
Hadits saja belum menjamin tujuan pendidikan islam akan tercapai.
Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan islam dipandang
sebagai hal yang sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan pada masa
yang akan datang, sehingga pendidikan islam tidak melegitimasi status
quo serta tidak terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah
pemikiran para Orientalis dan Sekularis. Allah sangat menghargai atau
pengapresiasi kesungguhan para Mujtahid dalam berijtihad.
B.
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah
sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan adalah suatu proses dalam
rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana
peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk
mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai
makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.
Menurut Abdul
Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia
yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah
kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya
mereka beribadah kepada-Ku”.
Menurut al
Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan
yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan
rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah
laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan
masyarakat.
Menurut al
abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan Islam menjadi :
1. Pembinaan akhlak.
2. Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan
Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka
bumi dengan sebaik-baiknya.
2. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas
kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah,
sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan
jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini
dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
6. Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk
akhlakul karimah.
C.
KUALITAS
MANUSIA MENURUT AL-QUR'AN
Menurut Gordon
Allport (1964), "Manusia berkualitas
dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk
memperluas lingkungan hidupnya,
menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya
sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya
secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia
yang telah matang (mature)".
Manusia berkualitas itu antara lain dinamakan sebagai integrated personality, healthy personality,
normal personality, dan productive personality [M.D.Dahlan, 1990 : 2-3]. Lebih
jauh lagi ditemukan penamaan manusia berkualitas itu sebagai insan kamil,
manusia yang seutuhnya, sempurna, manusia [insan] kaffah, atau manusia yang
hanief.
Manusia berkualitas hendaknya menampilkan cirri sebagai
hamba Allah yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta
memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri
utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat
pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7].
Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997],
Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual [intellect
capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft capital], dan capital
spritual [spritual capital]. Empat kapital yang dikemukakan ini juga menggambarkan
ciri manusia berkualitas. Maka, karakteristik yang dikemukakan al-Qur'an, menjadi
tolak ukur kualitas manusia, karena karakteristik tersebut diturunkan dari
konfigurasi nilai-nilai yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir bersama dengan
kelahiran manusia ke dunia, dan menjadi
sifat penentu dalam pembentukan kepribadian manusia, yaitu :
1. Kualitas Iman
Keimanan merupakan kebutuhan hidup
manusia, menjadi pegangan keyakinan dan motor penggerak untuk perilaku dan amal
(aktivitas kerja) manusia. Dalam keadaan beriman, manusia dapat memperlihatkan
kualitas perilaku, kualitas amal shaleh, dan kualitas sosialnya yaitu ketulusan
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat luas. Manusia akan
berperilaku, bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang
condong kepada hanief. Manusia berkualitas akan berjuang melawan penindasan,
tirani, dan tidak membiarkan kediktatoran atau tindakan sewenang-wenang. Karena
iman memberikan pula kedamaian jiwa, kedamaian berperilaku, dan kedamaian
beramal saleh.
Djamaludin Ancok [1998:15], pada
pembahasan kapital spritual, mengatakan bahwa "Semakin tinggi iman dan
taqwa seseorang semakin tinggi pula kapital Intelektual, kapital sosial, dan
kapital lembut". Manusia yang beriman hatinya akan dibimbing Allah,
jiwanya menjadi tenang dalam melakukan aktivitas hidupnya.
2. Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi
potensi awal manusia, karena ketika manusia diciptakan, "Allah mengajarkan
kepada Adam segala nama benda" [QS.al-Baqarah (2):31]. Untuk itu, manusia
sejak lahir telah memiliki potensi intelektual, kemudian potensi intelektual
ini dikembangkan. Kualitas intelektual merupakan
perangkat yang sangat diperlukan untuk mengolah alam ini.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian dunia,
dengan ilmu dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan
ilmu dan barang siapa yang ingin
memperoleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu".
Dalam al-Qur'an surat Al-Mujadalah
ayat 11, Allah mengangkat derajat orang
yang memiliki ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dibutuhkan manusia guna menopang
kelangsungan peradabannya, karena manusia diamanatkan Allah untuk mengolah dan memberdayakan
alam ini. Djamaludin Ancok [1998:12],
mengatakan bahwa "Kapital Intelektual adalah perangkat yang diperlukan
untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar
yang mengatakan bahwa kapital intelektual sangat besar peranannya di dalam
menambah nilai suatu kegiatan". Untuk itu, Ilmu pengetahuan telah
menjadikan manusia dengan berbagai keahlian (ahliha). Tiap keahlian menjadi
unsur penyempurna dalam perakitan
kehidupan sosial.
3. Kualitas Amal Shaleh
Al-Qur'an surat at-Tiin ayat 5-6,
menyampaikan bahwa "Manusia akan dikembalikan ke kondisi yang paling
rendah, kecuali manusia yang beriman dan mengerjakan amal salah".
Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi
manusia, dan itu pula yang akan dilihat dalam cermin hidupnya. Amal perbuatan
yang bermakna bagi kehidupan manusia, baru dapat terwujud apabila sebelumnya
ada iman dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian Iman dapat membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah
penderitaan menjadi kebahagiaan, memberikan semangat kerja. Selain itu, amal saleh juga terkait dengan
kualitas ilmu, karena dengan berilmu manusia memiliki orientasi kesanggupan
melakukan perbaikan dan melakukan sesuatu perbuatan amal untuk kepentingan dan
kemaslahatan manusia.
4. Kualitas Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap
masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang
lain, karena manusia merupakan keluarga
besar, yang berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa. Dalam al-Qur'an surat
al-Maidah ayat 2 : bahwa manusia dalam melakukan aktivitas sosial sifat yang terbangun
adalah saling "tolong menolong-menolong dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa, dan dilarang tolong-menolong dalam berbuat maksiat, berbuat
kejahatan". Maka, kualitas sosial sangat terkait dengan kualitas iman, ilmu,
dan amal selah.
Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas
jaringan hubungan sosial [social networking] semakin tinggi nilai
seseorang. "Kapital sosial
dimanifestasikan pula dalam kemampuan
untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan [diversity].
Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda,
dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan
memberikan kebaikan buat semua".
Dalam al-Qur'an, manusia diciptakan dalam
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal-mengenal, saling tolong-menolong.
Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silaturrahmi antara sesamanya
sesuai dengan fitrahnya.
BAB
III
P E
N U T U P
A.
KESIMPULAN
1.
Dasar adalah
landasan untuk berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan
yang akan dicapai. Dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah
sebagai pokok ajaran Islam yang utama yang saling melengkapi kemudian ijtihad
sebagai bentuk interpretasi di antara keduanya agar bisa menjawab segala
tantangan perkembangan jaman.
2.
Tujuan adalah
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.
Tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi,
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah
dalam arti beribadah kepada-Nya.
3.
Manusia
berkualitas menurut Al-Qur'an adalah manusia yang memiliki iman kepada Allah,
memiliki amal shaleh, memiliki ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial
yang baik antara sesama manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa,
dan agama.
B.
IMPLIKASI
Untuk mampu menghadapi tantangan global dan arus perkembangan
mental masyarakat yang semakin kritis, saatnya untuk kembali menata pendidikan
Islam khususnya di Indonesia. Tentunya, menjadikan Al-Qur'an sebagai ajaran
pokok ditambah dengan Sunnah Rasulullah sebagai "Uswatun Hasanah",
serta menyikapi segala permasalahan yang terjadi dengan jalan ijtihad,
bermusyawarah dengan kepala dingin dan dialogis, bersama-sama membangun
pendidikan Islam secara nyata dalam sistem persekolahan formal, informal,
maupun nonformal disertai aplikasi yang berkelanjutan dalam kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2010
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam,
Bandung: Pustaka Setia, 2005
Tafsir, Ahmad, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Zuhairini, Dra., dkk., Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Asy'arie,
Musya, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur'an, Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992
Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan Al-Qur'an,
Bandung: Mizan, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar