Sabtu, 11 Januari 2014

Makalah Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH            :  FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING  :  MUH. HIDAYAT, M. Phil









 


















KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan hidayah-Nya-lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula Shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW sebagai "Uswatun Hasanah" bagi dunia pendidikan Islam.
Makalah yang berjudul “Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam” ini sengaja saya susun sebagai tugas individu sekaligus sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Akhirnya, saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama dari Dosen Pembimbing yang bersangkutan, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi diri saya pribadi, Amien… !!!
Minallahil Musta'an Wa'alaihit Tiklan
       Majene, 7 Oktober 2012
                                                                      Penyusun,

                                                                

BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan kadar keimanannya  terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti tentang dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang beriman.  Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan Islam adalah usaha merubah tingkah laku individu di dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.
Dengan landasan yang kokoh dan kuat, tentu pada akhirnya akan dapat mewujudkan tujuan yang maksimal yang menciptakan sosok manusia yang berkualitas yang islami menurut Al-Qur'an, sosok teladan dalam menata kembali pendidikan Islam yang bernilai ibadah.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah yang menjadi dasar atau landasan dalam pendidikan Islam ?
2.    Apakah yang menjadi tujuan dalam proses pendidikan Islam ?
3.    Bagaimana kualitas manusia menurut Al-Qur'an ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dasar pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.    Al-Qur'an
Al-Quran adalah “Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta merupakan ibadah bagi yang membacanya”.
Umat islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada falsafah hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran.
Pada masa awal pertumbuhan Islam, Nabi Muhammada Saw adalah sebagai pendidik pertama, telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri.
Firman Allah SWT dalam surat Shad :
 “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Q.S. Shaad : 29)
Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil Al-Jamali seperti yang dikutip oleh Ramayulis menyatakan, bahwa “Pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab  pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian)".
2.    As-Sunnah
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan islam karena sunnah hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-Qurân itu sendiri, disamping memang sunnah merupakan sumber utama pendidikan islam karena Allah Swt menjadikan Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Ahzab sebagai berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (Q.S.Al-Ahzab : 21)
Adapun konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
a.    Disampaikan sebagai rahmatan li al-alamin.
b.    Disampaikan secara Universal
c.    Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.
d.   Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
e.    Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya.
Sabda Rasulullah Saw :
“Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasulullah”. (H.R. Bukhari Muslim).
Ramayulis menjelaskan, bahwa prinsip menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata, tetapi juga kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Adapun kebenaran yang dikemukakan-Nya mengandung kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relatif.
3.    Ijtihad
Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pada pendidik muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh-sungguh orang muslim untuk selalu berperilaku berdasarkan ajaran Islam, manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah.
Dengan demikian untuk melengkapi dan lebih mempermudah terealisasinya ajaran islam itu sangat dibutuhkan ijtihad, sebab globalisasi dari Al-Quran dan Hadits saja belum menjamin tujuan pendidikan islam akan tercapai.
Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan islam dipandang sebagai hal yang sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan pada masa yang akan datang, sehingga pendidikan islam tidak melegitimasi status quo serta tidak terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah pemikiran para Orientalis dan Sekularis. Allah sangat menghargai atau pengapresiasi kesungguhan para Mujtahid dalam berijtihad.

B.  TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1.    Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2.    Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3.    Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan Islam menjadi :
1.    Pembinaan akhlak.
2.    Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3.    Penguasaan ilmu.
4.    Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya.
2.    Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
3.    Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. 
4.    Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. 
5.    Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
6.    Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah.

C.  KUALITAS MANUSIA MENURUT AL-QUR'AN
Menurut Gordon Allport (1964), "Manusia berkualitas  dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan  hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara  utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".
Manusia berkualitas itu antara lain dinamakan  sebagai integrated personality, healthy personality, normal personality, dan productive personality [M.D.Dahlan, 1990 : 2-3]. Lebih jauh lagi ditemukan penamaan manusia berkualitas itu sebagai insan kamil, manusia yang seutuhnya, sempurna, manusia [insan] kaffah, atau manusia yang hanief.
Manusia berkualitas hendaknya menampilkan cirri sebagai hamba Allah yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7].
Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997], Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual [intellect capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft capital], dan capital spritual [spritual capital]. Empat kapital yang dikemukakan ini juga menggambarkan ciri manusia berkualitas. Maka, karakteristik yang dikemukakan al-Qur'an, menjadi tolak ukur kualitas manusia, karena karakteristik tersebut diturunkan dari konfigurasi nilai-nilai yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir bersama dengan kelahiran manusia  ke dunia, dan menjadi sifat penentu dalam pembentukan kepribadian manusia, yaitu :
1.    Kualitas Iman
Keimanan merupakan kebutuhan hidup manusia, menjadi pegangan keyakinan dan motor penggerak untuk perilaku dan amal (aktivitas kerja) manusia. Dalam keadaan beriman, manusia dapat memperlihatkan kualitas perilaku, kualitas amal shaleh, dan kualitas sosialnya yaitu ketulusan dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat luas. Manusia akan berperilaku, bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang condong kepada hanief. Manusia berkualitas akan berjuang melawan penindasan, tirani, dan tidak membiarkan kediktatoran atau tindakan sewenang-wenang. Karena iman memberikan pula kedamaian jiwa, kedamaian berperilaku, dan kedamaian beramal saleh.
Djamaludin Ancok [1998:15], pada pembahasan kapital spritual, mengatakan bahwa "Semakin tinggi iman dan taqwa seseorang semakin tinggi pula kapital Intelektual, kapital sosial, dan kapital lembut". Manusia yang beriman hatinya akan dibimbing Allah, jiwanya menjadi tenang dalam melakukan aktivitas hidupnya.
2.    Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi potensi awal manusia, karena ketika manusia diciptakan, "Allah mengajarkan kepada Adam segala nama benda" [QS.al-Baqarah (2):31]. Untuk itu, manusia sejak lahir telah memiliki potensi intelektual, kemudian potensi intelektual ini dikembangkan.  Kualitas intelektual merupakan perangkat yang sangat diperlukan untuk mengolah alam ini.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang  siapa yang ingin memperoleh kebahagian dunia, dengan ilmu dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan ilmu dan barang siapa yang ingin  memperoleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu".
Dalam al-Qur'an surat Al-Mujadalah ayat 11,  Allah mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dibutuhkan manusia guna menopang kelangsungan peradabannya, karena manusia diamanatkan Allah untuk mengolah dan memberdayakan alam ini. Djamaludin  Ancok [1998:12], mengatakan bahwa "Kapital Intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kapital intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan". Untuk itu, Ilmu pengetahuan telah menjadikan manusia dengan berbagai keahlian (ahliha). Tiap keahlian menjadi unsur  penyempurna dalam perakitan kehidupan sosial. 
3.    Kualitas Amal Shaleh
Al-Qur'an surat at-Tiin ayat 5-6, menyampaikan bahwa "Manusia akan dikembalikan ke kondisi yang paling rendah, kecuali manusia yang beriman dan mengerjakan amal salah".
Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi manusia, dan itu pula yang akan dilihat dalam cermin hidupnya. Amal perbuatan yang bermakna bagi kehidupan manusia, baru dapat terwujud apabila sebelumnya ada iman dan  ilmu pengetahuan. Dengan demikian Iman dapat membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, memberikan semangat kerja.  Selain itu, amal saleh juga terkait dengan kualitas ilmu, karena dengan berilmu manusia memiliki orientasi kesanggupan melakukan perbaikan dan melakukan sesuatu perbuatan amal untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.
4.    Kualitas Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang lain, karena manusia  merupakan keluarga besar, yang berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa. Dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2 : bahwa manusia dalam melakukan aktivitas sosial sifat yang terbangun adalah saling "tolong menolong-menolong dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan dilarang tolong-menolong dalam berbuat maksiat, berbuat kejahatan". Maka, kualitas sosial sangat terkait dengan kualitas iman, ilmu, dan amal selah.
Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial [social networking] semakin tinggi nilai seseorang.  "Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam  kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan [diversity]. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda,  dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua".
Dalam al-Qur'an, manusia diciptakan dalam berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal-mengenal, saling tolong-menolong. Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silaturrahmi antara sesamanya sesuai dengan fitrahnya.

BAB III
P E N U T U P
A.  KESIMPULAN
1.    Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai. Dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pokok ajaran Islam yang utama yang saling melengkapi kemudian ijtihad sebagai bentuk interpretasi di antara keduanya agar bisa menjawab segala tantangan perkembangan jaman.
2.    Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah dalam arti beribadah kepada-Nya.
3.    Manusia berkualitas menurut Al-Qur'an adalah manusia yang memiliki iman kepada Allah, memiliki amal shaleh, memiliki ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial yang baik antara sesama manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa, dan agama.

B.  IMPLIKASI
Untuk mampu menghadapi tantangan global dan arus perkembangan mental masyarakat yang semakin kritis, saatnya untuk kembali menata pendidikan Islam khususnya di Indonesia. Tentunya, menjadikan Al-Qur'an sebagai ajaran pokok ditambah dengan Sunnah Rasulullah sebagai "Uswatun Hasanah", serta menyikapi segala permasalahan yang terjadi dengan jalan ijtihad, bermusyawarah dengan kepala dingin dan dialogis, bersama-sama membangun pendidikan Islam secara nyata dalam sistem persekolahan formal, informal, maupun nonformal disertai aplikasi yang berkelanjutan dalam kehidupan. 

DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Zuhairini, Dra., dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Asy'arie, Musya, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur'an, Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992
Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1996


Tidak ada komentar:

Posting Komentar