Sabtu, 11 Januari 2014

Makalah Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam di India-Pakistan


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesadaran akan kelemahan dan kemunduran umat Islam timbul pada diri pemimpin-pemimpin setelah adanya kontak langsung dengan dunia Barat. Adanya kontak itu membuat mereka dapat mengadakan perbandingan antara dunia Islam yang sedang menurun dan dunia Barat yang sedang naik daun. Kesadaran bertambah besar lagi setelah beberapa negara Islam dapat ditundukkan Barat ke bawah kekuasaan mereka.

Keadaan ini mendorong pemimpin-pemimpin Islam untuk menyelidiki sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran dan kelemahan umat Islam dan selanjutnya memikirkan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Di antara sebab-sebab tersebut adalah bahwa Islam yang dianut bukan lagi Islam yang murni tetapi bercampur-baur dengan bid’ah, pintu ijtihad telah tertutup hingga menimbulkan sikap taklid terhadap pendapat lama, serta tarekat sufi yang terlalu dalam yang menghilangkan dinamika dunia Islam.

Untuk itu, konsep pemikiran kaum reformis tampil untuk membuat perubahan dengan jalan kembali kepada ajaran Islam yang murni, membuka pintu ijtihad, dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Selain itu, pendidikan tradisional harus disempurnakan dengan IPTEK modern seiring perkembangan zaman. Dengan catatan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Tantangan yang dihadapi oleh kaum Reformis mulai dari Gerakan Mujahidin, Sayyid Ahmad Khan, Gerakan Aligarh di sekolah M.A.O.C., Sayyid Amir Ali, Iqbal-Jinnah dengan negara Pakistan-nya, sampai nasionalisme India Abul Kalam Azad merupakan tantangan tersendiri di India-Pakistan. Mereka punya konsep tersendiri yang pro-kontra antara berjuang dalam mempertahankan umat Islam dengan membentuk negara tersendiri, atau membentuk India yang utuh bergabung dengan umat Hindu. Sementara tantangan yang lain adalah membasmi pengaruh dan ketergantungan terhadap kekuasaan asing serta ajaran Kristen yang dibawa oleh mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah ide-ide pembaharuan diantara kaum Reformis India-Pakistan melalui konsep pemikirannya dalam mempertahankan aqidah Islam, membangun negara Islam sendiri, atau bergabung dengan umat Hindu menjadi negara India yang utuh, di tengah maju-mundurnya dunia Islam dan intervensi pihak Barat dalam kekuasaan ?


BAB  II
PEMBAHASAN

A. GERAKAN MUJAHIDIN
Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan oleh Syah Waliyullah di abad ke-18 diteruskan oleh anaknya Syah Abdul Aziz (1746-1823) ke generasi selanjutnya. Salah seorang dari murid Syah Abdul Aziz, yang kemudian berpengaruh dalam melaksanakan ajaran-ajaran Syah Waliyullah adalah Sayyid Ahmad Syahid. Ia lahir di tahun 1786 di Rae Bareli, di dekat Lucknow. Dengan dibantu oleh murid-muridnya, ia mengarang suatu buku bernama Sirat-i-Mustaqim.

Menurut pendapat Sayyid Ahmad, umat Islam India mundur karena agama yang mereka anut tidak lagi Islam yang murni, tetapi Islam yang bercampur-baur dengan faham dan praktek yang berasal dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa kembali ke ajaran Islam yang murni. Yang pertama sekali harus dibersihkan ialah tauhid dari faham dan praktek kaum tarekat sufi seperti kepatuhan tidak terbatas kepada guru dan ziarah ke kuburan wali untuk meminta syafa’at, serta dari faham animisme dan adat-istiadat Hindu yang masih terdapat dalam kalangan umat Islam India. Ia juga menentang taqlid pada pendapat ulama, namun pintu ijtihad baginya terbuka untuk memperoleh interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al Qur-an dan Hadis.

Ide yang berpengaruh kemudian bukanlah ide-ide tersebut tetapi pemikirannya dalam bidang politik. Daerah yang dahulu terletak di bawah Islam sekarang jatuh ke tangan bukan Islam. Di sini timbullah persoalan Dar Al-Harb, daerah yang jatuh ke bawah kekuasaan bukan Islam, dan Dar Al-Islam, daerah yang masih berada di bawah kekuasaan Islam. Sayyid Ahmad berpendirian bahwa Dar Al-Harb mesti menjadi Dar Al-Islam kembali. Dengan demikian timbullah perang jihad terhadap dua musuh, Hindu di satu pihak dan Inggris di pihak lain. Sayyid Ahmad dengan Gerakan Mujahidinnya memulai peperangan terhadap golongan Sikh di India Utara.

Kerajaan Mughal dianggap sudah terlalu lemah dan oleh karena itu perlu dibentuk suatu Imamah, dipilihlah Sayyid Ahmad. Ia mengangkat khalifah atau Wakilnya di kota-kota penting. Tugas mereka ialah mengumpulkan zakat untuk pemerintahan dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad.

Dalam pada itu perlawanan dari Sikh bertambah kuat. Di tahun 1831, bersama Sayyid Ahmad Syahid turut terbunuh banyak dari para mujtahidin. Pengikutnya pecah menjadi dua, segolongan berpendapat bahwa kekuatan sudah tidak cukup untuk meneruskan jihad, oleh karena itu mereka memindahkan perhatian pada pendidikan. Segolongan lagi meneruskan jihad di bawah pimpinan dua bersaudara Maulvi Wilayat Ali (wafat 1852) dan Maulvi Inayat Ali (wafat 1858).

Pada tanggal 10 Mei 1857, satu pasukan Hindu di Meerut, memulai perlawanan dan pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris. Kaum Mujahidin turut mengambil bagian dalam pemberontakan itu. Sungguhpun golongan Hindu yang memulai pemberontakan, Inggris menganggap bahwa golongan Islamlah yang menjadi penggerak utamanya. Delhi dipukul mundur, sehingga gedung-gedung kerajaan Mughal banyak yang hancur. Gerakan Mujahidin juga dihancurkan, namun ide dan ajaran Sayyid Ahmad Syahid tidak turut lenyap.

Perhatian pemuka-pemuka Gerakan Mujahidin pada lapangan pendidikan meningkat lagi setelah gagalnya pemberontakan 1857. Suatu madrasah kecil di Deoband ditingkatkan menjadi perguruan tinggi agama dengan nama Darul Ulum Deoband. Inilah yang kemudian mengeluarkan ulama-ulama besar India. Yang diutamakan disini ialah pemurnian tauhid yang dianut umat Islam India dari faham-faham salah yang dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama juga pemurnian praktek keagamaan dari segala macam bid’ah.

Dalam bidang politik, Deoband didirikan untuk menentang pendidikan sekuler Barat yang dibawa Inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha missi Kristen yang datang ke India bersama-sama dengan Inggris. Menurut Deoband, politik pembahagian India dan pembentukan Negara Pakistan berasal dari Inggris.

B. SAYYID AHMAD KHAN
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817. Di masa pemberontakan, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Menurutnya bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan itu, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat.

Sejalan dengan faham Qadariah yang dianutnya, ia percaya bahwa bagi tiap makhluk Tuhan telah menentukan tabi’at atau naturnya yang disebut Sunnah Allah. Islam adalah agama yang mempunyai faham hukum alam. Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia mempertahankan konsep itu, ia dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum dapat menerima ide tersebut.
Inilah pokok-pokok pemikirannya mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dimajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir, yang sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal manusia, sama-sama menganut faham Qadariah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup waktu itu.

Di tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (M.A.O.C.) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India. Sebelumnya di tahun 1869/70, Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Di tahun 1886, ia bentuk Muhammedan Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India.

Melalui buku karangannya dan tulisan-tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Bahwa yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah sistem monogami, bukan poligami. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dijalankan, disamping hukum penjara. Perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam. Kemudian faham bahwa tujuan do’a ialah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Pendapat-pendapat ini sesuai dengan faham Qadariah dan ide liberal yang dianutnya daripada ide-ide tradisional lama.

Di pertengahan kedua dari abad ke-19, rasa nasionalisme India telah mulai timbul dan terbentuklah Partai Kongres Nasional India di tahun 1885. Sayyid Ahmad Khan pada mulanya adalah penyokong nasionalisme India, tetapi akhirnya ia dipengaruhi oleh Mr. Back, salah satu Direktur M.A.O.C. Dalam ide politik yang ditimbulkannya bahwa umat Islam merupakan satu umat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan umat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.

C. GERAKAN ALIGARH
Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan Gerakan Aligarh. Setelah ia menghadapi masa tua, pimpinan M.A.O.C. pindah ke tangan Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Hasil usahanya dalam mempopulerkan Gerakan Aligarh kelihatan dalam meningkatnya jumlah siswa di zamannya.

Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar Al-Mulk (1841-1917). Di tahun 1907, ia menggantikan Nawab Muhsin Al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Dalam pandangan politik, ia pada mulanya sependapat dengan Sayyid Ahmad Khan. Menurutnya, Inggris bukan lagi tempat orang Islam menggantungkan nasib, tetapi harus mempunyai partai sendiri dan harus mempertahankan Liga Muslimin India.

Seorang pemuka lain yang besar pengaruhnya adalah Altaf Husain Hali (1837-1914). Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan, ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik yang terkenal dengan nama Musaddas yang antara lain juga mengandung ide-ide Aligarh. Terhadap pendidikan wanita ia lebih progresif dan dalam politik, ia juga berpendapat bahwa umat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri disamping umat Hindu.

Penulis dari Gerakan Aligarh selanjutnya adalah Salah Al-Din Khuda Bakhs. Al Quran, menurut pendapatnya, lebih banyak bersifat buku petunjuk spiritual daripada merupakan buku hukum yang mengikat untuk selama-lamanya. Ajaran Islam tidak ada yang bertentangan dengan peradaban modern, ia menghendaki Westernisasi masyarakat Islam. Di antara sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam ialah kemalasan dan keadaan tidak mementingkan perdagangan.

Seorang pengarang Roman dari Gerakan Aligarh juga ialah Maulvi Nasir Ahmad. Dalam pendapatnya, untuk mencapai kemajuan, umat Islam harus hidup kembali sebagai umat Islam di zaman klasik. Ia juga mendorong orang yang berpendidikan Barat, supaya mementingkan agama dan hidup sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

Muhammad Shibli Nu’mani (1857-1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai guru bahasa Arab dan Persia di M.A.O.C. Berbeda dengan ulama lainnya, ia tidak menentang pemakaian akal, dan pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya. Salah satu muridnya yang kemudian menjadi pemimpin pembaharuan di abad ke-20 ialah Abdul Kalam Azad.

D. SAYYID AMIR ALI
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang lahir pada tahun 1849. Di tahun 1904, ia meninggalkan India dan menetap di Inggris. Setelah berdirinya Liga Muslimin India di tahun 1906, ia membentuk cabang perkumpulan itu di London. Sama dengan Sayyid Ahmad Khan, ia adalah orang yang patuh dan setia kepada pemerintahan Inggris.

Dialah pemikir pertama yang kembali ke sejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama Islam adalah agama rasional dan agama kemajuan. Dalam bukunya The Spirit of Islam mengupas ajaran-ajaran Islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanita, perbudakan , sistem politik, dan sebagainya. Metode yang dipakainya dalam mengupas ajaran-ajaran itu ialah metode perbandingan ditambah dengan uraian rasional.
Mengenai ajaran tentang akhirat, ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Dalam membahas soal perbudakan, ia menerangkan bahwa Islam berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan budak. Dosa-dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak, dan pada akhirnya harus membawa kepada penghapusan sistem perbudakan dalam Islam. Soal kemunduran umat Islam, ia berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di zaman modern. Ilmu pengetahuan dan peradaban tidak bisa dipisahkan dari kebebasan berfikir. Setelah kebebasan berfikir menjadi kabur di kalangan umat Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.

Dalam uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, ia menjelaskan bahwa Islam bukan dijiwai oleh faham kada dan kadar atau jabariah, tetapi oleh faham Qadariah, yaitu faham kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. Faham inilah selanjutnya yang menimbulkan Rasionalisme dalam Islam. Kalahnya aliran tersebut, menurutnya yang membawa kepada kemunduran umat Islam zaman sekarang.

E. IQBAL, JINNAH DAN PAKISTAN

MUHAMMAD IQBAL
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. Ia adalah seorang penyair dan filosof. Sama dengan pembaharu-pembaharu lain, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme akan membawa kepada disintegrasi dan berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari ke syariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.

Menurutnya, Islam pada hakikatnya mengajarkan dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia dengan menggunakan prinsip ijtihad. Dalam syair-syairnya, ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Begitu tinggi ia menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur. Dalam pembaharuannya, ia berpendapat bahwa Kapitalisme dan Imperialisme Barat tak dapat diterimanya, tetapi yang harus diambil dari Barat adalah ilmu pengetahuannya saja.

Ia pernah menjadi presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Nasionalisme India yang mencakup Muslim dan Hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit sekali untuk dapat diwujudkan. Umat Islam India harus menuju kepada pembentukan negara tersendiri, terpisah dari negara Hindu di India. Tujuan membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam Rapat Tahunan Liga Muslimin di tahun 1930. “Saya ingin melihat Punjab, daerah Perbatasan Utara, Sindi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu negara.” Tidak mengherankan kalau ia dipandang sebagai Bapak Pakistan. Tugas Muhammad Ali Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara Pakistan menjadi kenyataan. Nama “Pakistan” sendiri menurut suatu sumber berasal dari seorang mahasiswa Islam India di London bernama Khaudri Rahmat Ali; huruf P ia ambil dari Punjab, A dari Afghan, K dari Kashmir, S dari Sindi dan TAN dari Balukhistan. Menurut sumber lain nama itu berasal dari kata Persia “Pak” yang berarti suci dan “Stan” yang berarti negara.

Islam, demikian ia menjelaskan, bukanlah Nasionalisme dan bukan pula Imperialisme, tetapi dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas Republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari Republik itu.

MUHAMMAD ALI JINNAH
Muhammad Ali Jinnah adalah seorang saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember 1876. Pada tahun 1913, ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada waktu itu, ia masih mempunyai keyakinan bahwa kepentingan umat Islam India dapat memperoleh daerah pemilihan terpisah. Tetapi lama-kelamaan, Gandhi mengeluarkan konsep Nasionalisme India yang di dalamnya umat Islam dan Hindu tergabung menjadi satu bangsa. Ia kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri dari lapangan politik dan menetap di London.

Pada tahun 1934, ia diminta pulang untuk dipilih menjadi Ketua Tetap dari Liga Muslimin. Liga Muslimin berubah menjadi gerakan rakyat yang kuat. Tetapi di dalam pemilihan, Liga Muslimin tidak memperoleh suara yang berarti, sedang Partai Kongres mendapat kemenangan besar. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya merubah haluan politiknya. Keyakinan timbul dalam dirinya bahwa kepentingan umat Islam India bisa terjamin melalui pembentukan negara tersendiri, terpisah dari negara umat Hindu di India.

Liga Muslimin yang diadakan di Lahore pada tahun 1940, menyetujui pembentukan negara tersebut, meskipun perinciannya belum ada. Sokongan umat Islam India kepada Jinnah dan Liga Muslimin bertambah kuat. Akhirnya , pada tanggal 14 Agustus 1947, Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dan keesokan harinya, Pakistan lahir sebagai negara bagi umat Islam India. Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jenderal dan mendapat gelar Qaid-i-Azam (Pemimpin Besar) dari rakyat Pakistan.

F. ABUL KALAM AZAD DAN NASIONALISME INDIA
Orang tua Abul Kalam Azad adalah seorang ulama dan pemimpin yang pindah ke Mekah setelah gagalnya pemberontakan 1857. Di kota suci inilah, ia lahir pada tahun 1888. Setelah orang tuanya meninggal, ia pergi ke India dan menetap di sana. Dari semenjak muda, ia telah memasuki lapangan politik dan menggabungkan diri dengan Partai Kongres. Penulis-penulis menyebut bahwa di masa mudanya , ia adalah seorang pan-Islamis dan kemudian berubah menjadi nasionalis India.

Pembaharuannya kelihatan bersifat moderat, tujuannya ialah melepaskan umat Islam dari pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan taklid. Kekuatan umat Islam akan timbul kembali dengan memperkuat tali persaudaraan dan persatuan umat Islam.

Pendidikan modern yang dibawa Sayyid Ahmad khan hanya menghasilkan orang-orang yang berjiwa pegawai dan tunduk serta patuh kepada Inggris. Ia juga menentang sikap anti nasionalisme India yang terdapat di Gerakan Aligarh. Dalam pendapatnya, antara Islam dan nasionalisme India tidak ada pertentangan. Jika umat Islam India ingin tetap hidup dan tinggal di India, mereka harus bekerja sama dengan saudara-saudaranya dari golongan Hindu, Sikh, Parsi dan Kristen untuk membebaskan tanah air dari perbudakan.

Pernah dikatakan bahwa tujuan Al-Hilal antara lain ialah menggerakkan umat Islam India untuk bangkit melepaskan diri dari kekuasaan asing. Banyak di antara umat Islam yang tidak sefaham dengannya tentang ide nasionalisme India dan politik bersatu dengan mayoritas umat Hindu dalam satu Negara. Perkembangan selanjutnya dari apa yang dicita-citakannya, yang tercapai bukanlah kemerdekaan India yang utuh, tetapi pecahnya India menjadi dua negara. Dan yang tercapai melainkan dari apa yang diperjuangkan oleh umat Islam non-Nasionalis India.      



  
BAB  III
P E N U T U P

A. KESIMPULAN
1.    Gerakan Mujahidin merupakan gerakan yang dipelopori oleh Sayyid Ahmad Syahid. Timbul atas peperangan terhadap umat Hindu dan kekuasaan Inggris yang memuncak dengan terjadinya pemberontakan 1857. Gagalnya pemberontakan tersebut kemudian beralih perhatian kepada pendidikan yang melahirkan Perguruan Tinggi Deoband dengan mengutamakan pemurnian tauhid dan dari segala macam bid’ah.
2.    Sayyid Ahmad Khan muncul setelah hancurnya Gerakan Mujahidin. Namun, ia bersikap mendukung Inggris untuk memperkuat posisi Islam. Ia menganut faham Qadariah, menentang taklid dan membuka pintu ijtihad yang telah tertutup. Ia juga turut memperbarui pendidikan Islam di India dengan mendirikan sekolah M.A.O.C. di Aligarh yang lebih modern.
3.    Gerakan Aligarh merupakan gerakan pembaharuan yang berpusat di M.A.O.C. yang melahirkan penulis-penulis terkenal yang berpengaruh. Viqar Al-Mulk kemudian tampil dalam pimpinan M.A.O.C. dan bersikap anti Inggris berseberangan dengan pendapat Sayyid Ahmad Khan, dan Islam harus punya kekuatan sendiri.
4.    Sayyid Amir Ali adalah pemikir pertama yang kembali ke sejarah lama bahwa Islam adalah agama Rasional dan agama kemajuan. Namun ia juga mendukung Inggris dan menganut faham Qadariah.
5.    Muhammad Iqbal adalah penggerak umat Islam India untuk membentuk negara tersendiri melalui Forum Liga Muslimin, sedangkan Muhammad Ali Jinnah tampil untuk mewujudkannya menjadi sebuah negara Islam yang diberi nama Pakistan.
6.    Abul Kalam Azad adalah seorang Nasionalisme India yang memperjuangkan kemerdekaan India secara utuh tanpa ketergantungan kepada kekuasaan asing. Namun yang terjadi, India pecah menjadi dua, yaitu negara umat Islam dan negara umat Hindu.

B. IMPLIKASI
Pembaharuan pemikiran Islam dari keterpurukan budaya Barat telah banyak menorehkan inspirasi dari konsep pemikiran para kaum Reformis di India-Pakistan di tengah melemahnya kemajuan dan ternodanya aqidah Islam. Begitupun dengan sekarang, konteks modernisasi meruntuhkan iman dan mempengaruhi eksistensi Islam. Maka dari itu, sebagai mahasiswa Islam, kita patut untuk menjadi pemikir untuk sebuah perubahan dan mengontrol segala ketimpangan yang terjadi melalui perbuatan nyata, dakwah bil-hikmah dengan contoh teladan yang baik terhadap masyarakat, serta menggalakkan amar ma’ruf nahy munkar sebagai jihad utama membangun masa depan bangsa dan agama, dunia dan akhirat.
















DAFTAR PUSTAKA

Cooper, John, dkk., Pemikiran Islam : Dari Sayyid Ahmad Khan Hingga Nasr Hamid Abu Zayd, Terj: Wakhid Nur Effendi, Jakarta: Erlangga, 2002.

Nasution, Harun, Prof., Dr., Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,    Cet. 9, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Taufik, Akhmad, M. pd., dkk., Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, Ed. 1., Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar