PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesadaran
akan kelemahan dan kemunduran umat Islam timbul pada diri pemimpin-pemimpin
setelah adanya kontak langsung dengan dunia Barat. Adanya kontak itu membuat
mereka dapat mengadakan perbandingan antara dunia Islam yang sedang menurun dan
dunia Barat yang sedang naik daun. Kesadaran bertambah besar lagi setelah
beberapa negara Islam dapat ditundukkan Barat ke bawah kekuasaan mereka.
Keadaan
ini mendorong pemimpin-pemimpin Islam untuk menyelidiki sebab-sebab yang membawa
kepada kemunduran dan kelemahan umat Islam dan selanjutnya memikirkan jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Di antara
sebab-sebab tersebut adalah bahwa Islam yang dianut bukan lagi Islam yang murni
tetapi bercampur-baur dengan bid’ah, pintu ijtihad telah tertutup hingga
menimbulkan sikap taklid terhadap pendapat lama, serta tarekat sufi yang
terlalu dalam yang menghilangkan dinamika dunia Islam.
Untuk
itu, konsep pemikiran kaum reformis tampil untuk membuat perubahan dengan jalan
kembali kepada ajaran Islam yang murni, membuka pintu ijtihad, dan menjaga
keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Selain itu, pendidikan
tradisional harus disempurnakan dengan IPTEK modern seiring perkembangan zaman.
Dengan catatan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Tantangan
yang dihadapi oleh kaum Reformis mulai dari Gerakan
Mujahidin, Sayyid Ahmad Khan, Gerakan Aligarh di sekolah M.A.O.C., Sayyid Amir Ali, Iqbal-Jinnah dengan negara Pakistan-nya,
sampai nasionalisme India Abul Kalam Azad
merupakan tantangan tersendiri di India-Pakistan. Mereka punya konsep
tersendiri yang pro-kontra antara berjuang dalam mempertahankan umat Islam
dengan membentuk negara tersendiri, atau membentuk India yang utuh bergabung
dengan umat Hindu. Sementara tantangan yang lain adalah membasmi pengaruh dan ketergantungan
terhadap kekuasaan asing serta ajaran Kristen yang dibawa oleh mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah
ide-ide pembaharuan diantara kaum Reformis India-Pakistan melalui konsep
pemikirannya dalam mempertahankan aqidah Islam, membangun negara Islam sendiri,
atau bergabung dengan umat Hindu menjadi negara India yang utuh, di tengah
maju-mundurnya dunia Islam dan intervensi pihak Barat dalam kekuasaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. GERAKAN MUJAHIDIN
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan oleh Syah Waliyullah di abad ke-18 diteruskan oleh
anaknya Syah Abdul Aziz (1746-1823) ke generasi selanjutnya. Salah seorang dari
murid Syah Abdul Aziz, yang kemudian berpengaruh dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Syah Waliyullah adalah Sayyid Ahmad Syahid. Ia lahir di tahun
1786 di Rae Bareli, di dekat Lucknow. Dengan dibantu oleh murid-muridnya, ia
mengarang suatu buku bernama Sirat-i-Mustaqim.
Menurut
pendapat Sayyid Ahmad, umat Islam India mundur karena agama yang mereka anut
tidak lagi Islam yang murni, tetapi Islam yang bercampur-baur dengan faham dan
praktek yang berasal dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa
kembali ke ajaran Islam yang murni. Yang pertama sekali harus dibersihkan ialah
tauhid dari faham dan praktek kaum tarekat sufi seperti kepatuhan tidak
terbatas kepada guru dan ziarah ke kuburan wali untuk meminta syafa’at, serta
dari faham animisme dan adat-istiadat Hindu yang masih terdapat dalam kalangan
umat Islam India. Ia juga menentang taqlid pada pendapat ulama, namun pintu
ijtihad baginya terbuka untuk memperoleh interpretasi baru terhadap ayat-ayat
Al Qur-an dan Hadis.
Ide
yang berpengaruh kemudian bukanlah ide-ide tersebut tetapi pemikirannya dalam
bidang politik. Daerah yang dahulu terletak di bawah Islam sekarang jatuh ke
tangan bukan Islam. Di sini timbullah persoalan Dar Al-Harb, daerah yang jatuh ke bawah kekuasaan bukan Islam, dan Dar Al-Islam, daerah yang masih berada
di bawah kekuasaan Islam. Sayyid Ahmad berpendirian bahwa Dar Al-Harb mesti menjadi Dar
Al-Islam kembali. Dengan demikian timbullah perang jihad terhadap dua
musuh, Hindu di satu pihak dan Inggris di pihak lain. Sayyid Ahmad dengan
Gerakan Mujahidinnya memulai peperangan terhadap golongan Sikh di India Utara.
Kerajaan
Mughal dianggap sudah terlalu lemah dan oleh karena itu perlu dibentuk suatu Imamah, dipilihlah Sayyid Ahmad. Ia
mengangkat khalifah atau Wakilnya di kota-kota penting. Tugas mereka ialah
mengumpulkan zakat untuk pemerintahan dan mencari mujahidin untuk meneruskan
jihad.
Dalam
pada itu perlawanan dari Sikh bertambah kuat. Di tahun 1831, bersama Sayyid
Ahmad Syahid turut terbunuh banyak dari para mujtahidin. Pengikutnya pecah
menjadi dua, segolongan berpendapat bahwa kekuatan sudah tidak cukup untuk
meneruskan jihad, oleh karena itu mereka memindahkan perhatian pada pendidikan.
Segolongan lagi meneruskan jihad di bawah pimpinan dua bersaudara Maulvi
Wilayat Ali (wafat 1852) dan Maulvi Inayat Ali (wafat 1858).
Pada
tanggal 10 Mei 1857, satu pasukan Hindu di Meerut, memulai perlawanan dan
pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris. Kaum Mujahidin turut mengambil bagian
dalam pemberontakan itu. Sungguhpun golongan Hindu yang memulai pemberontakan,
Inggris menganggap bahwa golongan Islamlah yang menjadi penggerak utamanya.
Delhi dipukul mundur, sehingga gedung-gedung kerajaan Mughal banyak yang
hancur. Gerakan Mujahidin juga dihancurkan, namun ide dan ajaran Sayyid Ahmad
Syahid tidak turut lenyap.
Perhatian
pemuka-pemuka Gerakan Mujahidin pada lapangan pendidikan meningkat lagi setelah
gagalnya pemberontakan 1857. Suatu madrasah kecil di Deoband ditingkatkan
menjadi perguruan tinggi agama dengan nama Darul Ulum Deoband. Inilah yang
kemudian mengeluarkan ulama-ulama besar India. Yang diutamakan disini ialah pemurnian
tauhid yang dianut umat Islam India dari faham-faham salah yang dibawa tarekat
dan dari keyakinan animisme lama juga pemurnian praktek keagamaan dari segala
macam bid’ah.
Dalam
bidang politik, Deoband didirikan untuk menentang pendidikan sekuler Barat yang
dibawa Inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha missi Kristen yang datang
ke India bersama-sama dengan Inggris. Menurut Deoband, politik pembahagian
India dan pembentukan Negara Pakistan berasal dari Inggris.
B. SAYYID AHMAD KHAN
Setelah
hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan. Ia lahir di Delhi pada tahun
1817. Di masa pemberontakan, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan dan banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Menurutnya bahwa
peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja
sama dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam
pemberontakan itu, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Sayyid Ahmad Khan
melihat bahwa umat Islam India mundur karena tidak mengikuti perkembangan
zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di
Barat.
Sejalan
dengan faham Qadariah yang dianutnya, ia percaya bahwa bagi tiap makhluk Tuhan
telah menentukan tabi’at atau naturnya yang disebut Sunnah Allah. Islam adalah agama yang mempunyai faham hukum alam.
Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia mempertahankan
konsep itu, ia dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum dapat menerima ide
tersebut.
Inilah
pokok-pokok pemikirannya mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang
dimajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir, yang
sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal manusia, sama-sama menganut
faham Qadariah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama
menentang taklid dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup
waktu itu.
Di
tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammedan
Anglo Oriental College (M.A.O.C.) di Aligarh yang merupakan karyanya yang
bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.
Sebelumnya di tahun 1869/70, Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris,
antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Di tahun 1886, ia bentuk
Muhammedan Educational Conference
dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India.
Melalui
buku karangannya dan tulisan-tulisannya di Tahzib
Al-Akhlaq menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Bahwa yang
menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah
sistem monogami, bukan poligami. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan
suatu hukum yang wajib dijalankan, disamping hukum penjara. Perbudakan tidak
dibolehkan lagi dalam Islam. Kemudian faham bahwa tujuan do’a ialah meminta
sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak.
Pendapat-pendapat ini sesuai dengan faham Qadariah dan ide liberal yang dianutnya
daripada ide-ide tradisional lama.
Di
pertengahan kedua dari abad ke-19, rasa nasionalisme India telah mulai timbul
dan terbentuklah Partai Kongres Nasional India di tahun 1885. Sayyid Ahmad Khan
pada mulanya adalah penyokong nasionalisme India, tetapi akhirnya ia
dipengaruhi oleh Mr. Back, salah satu Direktur M.A.O.C. Dalam ide politik yang
ditimbulkannya bahwa umat Islam merupakan satu umat yang tidak dapat membentuk
suatu Negara dengan umat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.
C. GERAKAN ALIGARH
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan
Gerakan Aligarh. Setelah ia menghadapi masa tua, pimpinan M.A.O.C. pindah ke
tangan Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk
(1837-1907). Hasil usahanya dalam mempopulerkan Gerakan Aligarh kelihatan dalam
meningkatnya jumlah siswa di zamannya.
Pemimpin
lain yang berpengaruh ialah Viqar Al-Mulk (1841-1917). Di tahun 1907, ia menggantikan
Nawab Muhsin Al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Dalam pandangan politik, ia pada
mulanya sependapat dengan Sayyid Ahmad Khan. Menurutnya, Inggris bukan lagi
tempat orang Islam menggantungkan nasib, tetapi harus mempunyai partai sendiri
dan harus mempertahankan Liga Muslimin India.
Seorang
pemuka lain yang besar pengaruhnya adalah Altaf Husain Hali (1837-1914). Atas
permintaan Sayyid Ahmad Khan, ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman
Klasik yang terkenal dengan nama Musaddas
yang antara lain juga mengandung ide-ide Aligarh. Terhadap pendidikan wanita ia
lebih progresif dan dalam politik, ia juga berpendapat bahwa umat Islam India
merupakan suatu kesatuan tersendiri disamping umat Hindu.
Penulis
dari Gerakan Aligarh selanjutnya adalah Salah Al-Din Khuda Bakhs. Al Quran,
menurut pendapatnya, lebih banyak bersifat buku petunjuk spiritual daripada merupakan
buku hukum yang mengikat untuk selama-lamanya. Ajaran Islam tidak ada yang
bertentangan dengan peradaban modern, ia menghendaki Westernisasi masyarakat
Islam. Di antara sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam ialah
kemalasan dan keadaan tidak mementingkan perdagangan.
Seorang
pengarang Roman dari Gerakan Aligarh juga ialah Maulvi Nasir Ahmad. Dalam
pendapatnya, untuk mencapai kemajuan, umat Islam harus hidup kembali sebagai
umat Islam di zaman klasik. Ia juga mendorong orang yang berpendidikan Barat,
supaya mementingkan agama dan hidup sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
Muhammad
Shibli Nu’mani (1857-1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai guru bahasa Arab
dan Persia di M.A.O.C. Berbeda dengan ulama lainnya, ia tidak menentang
pemakaian akal, dan pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.
Salah satu muridnya yang kemudian menjadi pemimpin pembaharuan di abad ke-20
ialah Abdul Kalam Azad.
D. SAYYID AMIR ALI
Sayyid
Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang lahir pada tahun 1849. Di tahun
1904, ia meninggalkan India dan menetap di Inggris. Setelah berdirinya Liga
Muslimin India di tahun 1906, ia membentuk cabang perkumpulan itu di London.
Sama dengan Sayyid Ahmad Khan, ia adalah orang yang patuh dan setia kepada
pemerintahan Inggris.
Dialah
pemikir pertama yang kembali ke sejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama
Islam adalah agama rasional dan agama kemajuan. Dalam bukunya The Spirit of Islam mengupas
ajaran-ajaran Islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanita,
perbudakan , sistem politik, dan sebagainya. Metode yang dipakainya dalam
mengupas ajaran-ajaran itu ialah metode perbandingan ditambah dengan uraian
rasional.
Mengenai
ajaran tentang akhirat, ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat
besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan
menjauhi perbuatan jahat. Dalam membahas soal perbudakan, ia menerangkan bahwa
Islam berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk
membebaskan budak. Dosa-dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak,
dan pada akhirnya harus membawa kepada penghapusan sistem perbudakan dalam
Islam. Soal kemunduran umat Islam, ia berpendapat bahwa sebabnya terletak pada
keadaan umat Islam di zaman modern. Ilmu pengetahuan dan peradaban tidak bisa
dipisahkan dari kebebasan berfikir. Setelah kebebasan berfikir menjadi kabur di
kalangan umat Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju
kemajuan.
Dalam
uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, ia menjelaskan bahwa
Islam bukan dijiwai oleh faham kada dan kadar atau jabariah, tetapi oleh faham Qadariah, yaitu faham kebebasan manusia
dalam kemauan dan perbuatan. Faham inilah selanjutnya yang menimbulkan
Rasionalisme dalam Islam. Kalahnya aliran tersebut, menurutnya yang membawa
kepada kemunduran umat Islam zaman sekarang.
E. IQBAL, JINNAH DAN PAKISTAN
MUHAMMAD IQBAL
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot
pada tahun 1876. Ia adalah seorang penyair dan filosof. Sama dengan
pembaharu-pembaharu lain, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan
oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan
statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme akan
membawa kepada disintegrasi dan berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai
kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari
ke syariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Menurutnya,
Islam pada hakikatnya mengajarkan dinamisme dan mengakui adanya gerak dan
perubahan dalam hidup sosial manusia dengan menggunakan prinsip ijtihad. Dalam
syair-syairnya, ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal
diam. Begitu tinggi ia menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa kafir yang
aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur. Dalam pembaharuannya, ia
berpendapat bahwa Kapitalisme dan Imperialisme Barat tak dapat diterimanya, tetapi
yang harus diambil dari Barat adalah ilmu pengetahuannya saja.
Ia
pernah menjadi presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Nasionalisme India yang
mencakup Muslim dan Hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit sekali untuk
dapat diwujudkan. Umat Islam India harus menuju kepada pembentukan negara
tersendiri, terpisah dari negara Hindu di India. Tujuan membentuk negara
tersendiri ini, ia tegaskan dalam Rapat Tahunan Liga Muslimin di tahun 1930.
“Saya ingin melihat Punjab, daerah Perbatasan Utara, Sindi dan Balukhistan,
bergabung menjadi satu negara.” Tidak mengherankan kalau ia dipandang sebagai
Bapak Pakistan. Tugas Muhammad Ali Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara
Pakistan menjadi kenyataan. Nama “Pakistan” sendiri menurut suatu sumber
berasal dari seorang mahasiswa Islam India di London bernama Khaudri Rahmat
Ali; huruf P ia ambil dari Punjab, A dari Afghan, K dari Kashmir, S dari Sindi
dan TAN dari Balukhistan. Menurut sumber lain nama itu berasal dari kata Persia
“Pak” yang berarti suci dan “Stan” yang berarti negara.
Islam,
demikian ia menjelaskan, bukanlah Nasionalisme dan bukan pula Imperialisme,
tetapi dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas
Republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari Republik
itu.
MUHAMMAD ALI JINNAH
Muhammad
Ali Jinnah adalah seorang saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25
Desember 1876. Pada tahun 1913, ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada
waktu itu, ia masih mempunyai keyakinan bahwa kepentingan umat Islam India
dapat memperoleh daerah pemilihan terpisah. Tetapi lama-kelamaan, Gandhi
mengeluarkan konsep Nasionalisme India yang di dalamnya umat Islam dan Hindu
tergabung menjadi satu bangsa. Ia kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri
dari lapangan politik dan menetap di London.
Pada
tahun 1934, ia diminta pulang untuk dipilih menjadi Ketua Tetap dari Liga
Muslimin. Liga Muslimin berubah menjadi gerakan rakyat yang kuat. Tetapi di
dalam pemilihan, Liga Muslimin tidak memperoleh suara yang berarti, sedang
Partai Kongres mendapat kemenangan besar. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya
merubah haluan politiknya. Keyakinan timbul dalam dirinya bahwa kepentingan
umat Islam India bisa terjamin melalui pembentukan negara tersendiri, terpisah
dari negara umat Hindu di India.
Liga
Muslimin yang diadakan di Lahore pada tahun 1940, menyetujui pembentukan negara
tersebut, meskipun perinciannya belum ada. Sokongan umat Islam India kepada
Jinnah dan Liga Muslimin bertambah kuat. Akhirnya , pada tanggal 14 Agustus
1947, Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dan keesokan harinya, Pakistan lahir
sebagai negara bagi umat Islam India. Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jenderal
dan mendapat gelar Qaid-i-Azam
(Pemimpin Besar) dari rakyat Pakistan.
F. ABUL KALAM AZAD DAN NASIONALISME
INDIA
Orang
tua Abul Kalam Azad adalah seorang ulama dan pemimpin yang pindah ke Mekah
setelah gagalnya pemberontakan 1857. Di kota suci inilah, ia lahir pada tahun
1888. Setelah orang tuanya meninggal, ia pergi ke India dan menetap di sana. Dari
semenjak muda, ia telah memasuki lapangan politik dan menggabungkan diri dengan
Partai Kongres. Penulis-penulis menyebut bahwa di masa mudanya , ia adalah
seorang pan-Islamis dan kemudian berubah menjadi nasionalis India.
Pembaharuannya
kelihatan bersifat moderat, tujuannya ialah melepaskan umat Islam dari
pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan taklid. Kekuatan umat Islam akan
timbul kembali dengan memperkuat tali persaudaraan dan persatuan umat Islam.
Pendidikan
modern yang dibawa Sayyid Ahmad khan hanya menghasilkan orang-orang yang
berjiwa pegawai dan tunduk serta patuh kepada Inggris. Ia juga menentang sikap
anti nasionalisme India yang terdapat di Gerakan Aligarh. Dalam pendapatnya,
antara Islam dan nasionalisme India tidak ada pertentangan. Jika umat Islam
India ingin tetap hidup dan tinggal di India, mereka harus bekerja sama dengan
saudara-saudaranya dari golongan Hindu, Sikh, Parsi dan Kristen untuk
membebaskan tanah air dari perbudakan.
Pernah
dikatakan bahwa tujuan Al-Hilal
antara lain ialah menggerakkan umat Islam India untuk bangkit melepaskan diri
dari kekuasaan asing. Banyak di antara umat Islam yang tidak sefaham dengannya
tentang ide nasionalisme India dan politik bersatu dengan mayoritas umat Hindu
dalam satu Negara. Perkembangan selanjutnya dari apa yang dicita-citakannya,
yang tercapai bukanlah kemerdekaan India yang utuh, tetapi pecahnya India
menjadi dua negara. Dan yang tercapai melainkan dari apa yang diperjuangkan
oleh umat Islam non-Nasionalis India.
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
1. Gerakan Mujahidin merupakan gerakan yang dipelopori oleh Sayyid Ahmad Syahid. Timbul atas
peperangan terhadap umat Hindu dan kekuasaan Inggris yang memuncak dengan
terjadinya pemberontakan 1857. Gagalnya pemberontakan tersebut kemudian beralih
perhatian kepada pendidikan yang melahirkan Perguruan Tinggi Deoband dengan mengutamakan pemurnian
tauhid dan dari segala macam bid’ah.
2. Sayyid Ahmad Khan muncul setelah hancurnya Gerakan Mujahidin.
Namun, ia bersikap mendukung Inggris untuk memperkuat posisi Islam. Ia menganut
faham Qadariah, menentang taklid dan membuka pintu ijtihad yang telah tertutup.
Ia juga turut memperbarui pendidikan Islam di India dengan mendirikan sekolah M.A.O.C. di Aligarh yang lebih modern.
3. Gerakan Aligarh merupakan gerakan pembaharuan yang berpusat
di M.A.O.C. yang melahirkan penulis-penulis terkenal yang berpengaruh. Viqar Al-Mulk kemudian tampil dalam
pimpinan M.A.O.C. dan bersikap anti Inggris berseberangan dengan pendapat
Sayyid Ahmad Khan, dan Islam harus punya kekuatan sendiri.
4. Sayyid Amir Ali adalah pemikir pertama yang kembali ke
sejarah lama bahwa Islam adalah agama Rasional dan agama kemajuan. Namun ia
juga mendukung Inggris dan menganut faham Qadariah.
5. Muhammad Iqbal adalah penggerak umat Islam India untuk
membentuk negara tersendiri melalui Forum Liga Muslimin, sedangkan Muhammad Ali Jinnah tampil untuk
mewujudkannya menjadi sebuah negara Islam yang diberi nama Pakistan.
6. Abul Kalam Azad adalah seorang Nasionalisme India yang
memperjuangkan kemerdekaan India secara utuh tanpa ketergantungan kepada
kekuasaan asing. Namun yang terjadi, India pecah menjadi dua, yaitu negara umat
Islam dan negara umat Hindu.
B. IMPLIKASI
Pembaharuan
pemikiran Islam dari keterpurukan budaya Barat telah banyak menorehkan
inspirasi dari konsep pemikiran para kaum Reformis di India-Pakistan di tengah
melemahnya kemajuan dan ternodanya aqidah Islam. Begitupun dengan sekarang,
konteks modernisasi meruntuhkan iman dan mempengaruhi eksistensi Islam. Maka
dari itu, sebagai mahasiswa Islam, kita patut untuk menjadi pemikir untuk
sebuah perubahan dan mengontrol segala ketimpangan yang terjadi melalui
perbuatan nyata, dakwah bil-hikmah
dengan contoh teladan yang baik terhadap masyarakat, serta menggalakkan amar ma’ruf nahy munkar sebagai jihad
utama membangun masa depan bangsa dan agama, dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper,
John, dkk., Pemikiran Islam : Dari Sayyid
Ahmad Khan Hingga Nasr Hamid Abu Zayd, Terj: Wakhid Nur Effendi, Jakarta:
Erlangga, 2002.
Nasution,
Harun, Prof., Dr., Pembaharuan Dalam
Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Cet. 9, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Taufik,
Akhmad, M. pd., dkk., Sejarah Pemikiran
dan Tokoh Modernisme Islam, Ed. 1., Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar