NAMA DOSEN : MUH.
HIDAYAT, M. Phil.
KONSEP
ISLAM TENTANG
PRIBADI
MUSLIM
DISUSUN
OLEH :
NAMA : RUSMAN
N I M : 09.
11. 0027
SEMESTER
VII. A / S1. PAI
STAI-DDI MAJENE
T.
A. 2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai sosok pribadi muslim yang menjadi
suri tauladan, sumber inspirasi dan motivasi dalam membangun pendidikan Islam
di masa sekarang.
Makalah
yang berjudul “Konsep Islam Tentang Pribadi Muslim” ini, sengaja saya susun
untuk dijadikan sebagai bahan diskusi pada tatap-muka perkuliahan “FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”.
Saya
sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala kekurangan
dan keterbatasan, baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu,
saya sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat membangun,
khususnya dari dosen pembimbing, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.
Akhirul
Kalam, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan membawa hikmah buat kita semua,
terutama bagi diri saya pribadi, Amien … !!!
Minallahil Musta’an Wa’alaihit Tiklan.
Majene, 26 November 2012
Penyusun,
(
RUSMAN )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep atau teori kepribadian Islam
harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Perilaku umat
Islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang
sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam
melihat realita. Perilaku yang sesuai dengan perintah agama seharusnya dinilai
baik, dan apa yang dilarang oleh agama seharusnya dinilai buruk. Agama memang
menghormati tradisi (perilaku yang ma’ruf), tetapi lebih mengutamakan tuntunan agama yang baik (khayr).
Pribadi muslim
yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap,
ucapan dan tindakannya diwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Persepsi
(gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak
yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada
orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu
hanyalah satu aspek saja dan masih
banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena
itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan
sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan
pribadi muslim.
Kepribadian
muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian
yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam.
Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses
kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar
dalam pembentukan kepribadian muslim. Untuk itulah, transformasi pendidikan
agama Islam mewujudkannya sebagai bentuk penerapan pembentukan kepribadian
muslim mulai dari lingkungan keluarga yang paling utama dan terutama,
lingkungan sekolah, dan masyarakat melalui penanaman nilai-nilai keislaman
dalam bentuk keteladanan, pembiasaan, dan pengajaran serta bimbingan yang
terencana, sistematis, kontinyu dan berlangsung seumur hidup agar selamat,
terjamin kehidupan baik di dunia maupun akhirat.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Sejauh mana definisi tentang kepribadian
muslim ditinjau dari sisi etimologi maupun terminologinya ?
2.
Bagaimanakah konsep tentang sifat-sifat
muslim ditinjau dari aspek potensi esensial yang dimiliki manusia ?
3.
Sejauh manakah konsepsi tentang pribadi muslim
dan bagaimanakah sifat-sifat dan ciri seseorang yang berkepribadian muslim ?
4.
Bagaimanakah cara penerapan pembentukan
kepribadian muslim dalam proses kehidupan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN MUSLIM
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri
seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya
berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat
hidupnya serta kepercayaannya. Dengan
demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada
dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan
lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang
dia lakukan, dan menunjukan ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan
individu yang lainnya. Termasuk di dalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan
cita-cita, pengetahuan dan keterampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan
sebagainya.
Secara
definitif, kepribadian dapat dirumuskan:
1. Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik
lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan
individualnya.
2. Organisasi dinamis daripada sistem-sistem psychophisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik(khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
3. Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah
laku dari seseorang (characteristics and behavior). Sehingga kepribadian
meliputi juga kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat,
kelakuan, dan sebagainya.
Selain itu,
pengertian Kepribadian adalah hasil dari suatu proses panjang hidup. Oleh
karena itu, banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian
manusia. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab
atau biadab, sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
perjalanan hidup seseorang tersebut, disamping tentunya faktor pembawaan. Dalam
hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian
manusia atau anak didik.
Muslim yang sesungguhnya adalah seorang yang memiliki
keimanan dan kepribadian utuh sebagai muslim yang memiliki pandangan hidup
tersendiri, mengilhami setiap tindakan sehari-hari, dan tercermin dalam setiap
pola pikir dan tingkah laku yang menunjukan akhlak al-karimah berdasarkan nilai
keislaman sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan
kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah
laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya
menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya. Kepribadian
muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri
khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai
tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.
B. KONSEP TENTANG SIFAT-SIFAT MUSLIM
1. Konsep tentang individualitas manusia
Manusia sebagai mahluk individu berarti manusia itu
merupakan keseluruhan yang tidak dapat di bagi-bagi, kata individu berarti
tidak dipisah-pisahkan antara jiwa dan
raganya, rohani dan jasmaninya. Dan kesemuanya itu dilakukan secara khas dengan
corak kepribadian dan kemampuan-kemampuan masing-masing individu. Oleh karena
perkembangan dan pengalaman-pengalaman masing-masing individu tidak sama, maka
pribadi yang terbentuk dalam proses itu juga tidak sama antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya. Maka orientasi pendidikan harus
memperhatikan perkembangan manusia yang
wajar dari individualitasnya. Sehingga manusia menjadi dewasa dan bertanggung
jawab terhadap apa yang diperbuatnya sendiri.
Hal ini sesuai dengan konsep Islam tentang kepribadian individualitas manusia, firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:
“Allah tidak Membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya...” (
Q. S. Al-Baqarah: 286).
2. Konsep tentang sosialitas manusia
Manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidupnya tanpa
bantuan orang lain. Potensi-potensi yang dibawa sejak ia lahir justru baru
dapat berkembang dalam pergaulan (interaksi) hidup sesama manusia. Maka dari
itu, tanpa pergaulan hidup dengan sesama manusia, maka anak manusia yang baru
dilahirkan itu tidak akan dapat menjadi manusia yang sebenarnya.
Dengan kontak sosial secara timbal balik, akhirnya ia
dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompoknya. Dengan menyesuaikan diri
ini, maka anak telah mulai menekan kepentingan diri pribadi, demi kepentingan
kelompoknya (kepentingan sosial). Dan kemudian mulai berfungsi super egonya,
yang terdiri dari jiwa hati nurani, norma-norma dan cita-cita pribadi, berarti
anak mulai dapat mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan sosialnya
dan sekaligus mengembangkan pribadinya.
Di dalam konsep Islam tentang sosialitas manusia
menghendaki agar setiap orang Islam selalu memelihara hubungan dengan
Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, serta menanamkan rasa persaudaraan dan
tolong menolong antar sesamanya, sebagaimana firman Allah surat Al-Maidah ayat
2 sebagai berikut:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran”
(Q, S. Al-Maidah: 2)
3. Konsep manusia sebagai mahluk bersusila
Dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat, seseorang dituntut
untuk bertingkah laku secara moral. Orang harus menghormati hak-hak orang lain dalam
memperjuangkan hak-hak pribadinya.
Manusia dilahirkan dalam kehidupan masyarakat yang sudah
jadi, dimana manusia sudah memiliki nilai-nilai baik dan buruk diantara tingkah
laku, serta norma sosial yang harus dijalankan. Dalam konsep Islam, moral menempati
tempat paling utama setelah manusia beriman kepada
Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah yang mengkaitkan tentang iman
dan amal sholeh dalam surat An-Nisa’ ayat 124:
“Barang siapa mengerjakan amal sholeh baik laki-laki
maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk kedalam surga
dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit” ( Q, S. An-Nisa’: 124 ).
4. Konsep manusia sebagai makhluk bertuhan
Manusia di samping sebagai individual being, sosial being
dan moral being, juga sekaligus juga sebagai mahluk bertuhan. Dengan sadar atau
tidak, setiap manusia mengakui bahwa ia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang maha kuasa yang telah dianugerahi berupa
pribadi manusia itu sendiri yang dilengkapi potensi esensinya sebagai manusia
antara lain pikiran, perasaan, kemauan, anggota badan dan sebagainya.
Analisa filsafat mengatakan bahwa Tuhan yang maha Esa itu
merupakan “causa prima”, artinya sebab pertama yang mengakibatkan
lahirnya seluruh kenyataan yang ada, termasuk manusia. Di samping juga
merupakan arah akhir atau tujuan akhir dari perkembangan seluruh jenis
kenyataan yang ada, termasuk manusia. Oleh karena itu tuhan yang maha esa juga
sekaligus merupakan “causa finalis’ dari perkembangan hidup manusia.
C. KONSEPSI MENGENAI PRIBADI MUSLIM
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim,
aspek-aspek yang harus dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi
manusia seutuhnya. Ada tiga aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang
muslim menurut ajaran islam:
v
Adanya wahyu Allah
yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh
seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut
tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
v
Praktek ibadah
yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini
akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan
sesamanya secara terorganisir.
v
Konsepsi
Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan
seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan mengukuhkan
konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh dapat
terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.
Pada garis
besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:
1. Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang
mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan
sebagainya.
2. Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak
segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir,
sikap dan minat.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur: meliputi aspek
kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi
sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian
dan mendarah daging dalam kepribadin atau dan memberi corak seluruh
individu tersebut.
Bagi
orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yng menuntutnya ke arah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi
juga di akhirat. Aspek-aspek inilah memberi kualitas kepribadian
keseluruhannya. Dari keseluruhan inilah kepribadian seseorang dapat dinilai,
dan muncullah nama-nama kepribadian diantaranya kepribadian muslim.
Untuk itu, adapun
ciri-ciri kepribadian muslim diantaranya adalah:
1. Beriman
Seseorang dikatakan berkepribadian muslim apabila di dalam
hatinya telah tertanam keimanan atau keyakinan tentang adanya Tuhan Allah Yang
Maha Esa, Malaikat malaikat-nya, Kitab-kitab-nya, Rasul-rasul-nya, Hari Kiamat
dan Qodarnya. Keyakinan itu disertai dengan pengakuan yang diucapkan dalam
bentuk syahadat. Kemudian dibuktikan dalam bentuk amalan yang nyata yaitu
beribadah kepada Allah.
2. Beramal.
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang tingkah
lakunya menunjukkan diri pengabdian kepada Allah. Penyerahan dan pengabdian
diri kepada Allah dan beramal sholeh yaitu berbuat kebaikan sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam. Kepribadian muslim adalah kepribadian dimana setelah ia
beriman akan dilanjutkan dengan melaksanakan syariat Islam dengan patuh
mengerjakan ibadah sesuai dengan rukun Islam dengan penuh kesadaran dan
pengertian.
3. Berakhlak Mulia.
Berakhlak mulia merupakan tingkah laku atau budi pekerti
yang diajarkan dalam Islam. Jadi selain mereka yang berkepribadian, mereka
harus taqwa, taat menjalankan ajaran-ajaran agama, harus memiliki budi pekerti
yang luhur atau akhlak yang mulia. Akhlak mulia menurut ukuran Islam ialah
setiap perbuatan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Akhlak mulia yang dikehendaki oleh Islam telah tercermin dalam pribadi
Nabi Muhammad SAW. Beliau telah memberi contoh akhlak yang mulia yaitu melalui
perkataan, perbuatan dan tingkah lakunya.
Ketiga ciri tersebut dapat digambarkan dalam sifat-sifat
yang harus dimiliki seorang muslim seperti: sidiq (lurus dalam perkataan maupun
perbuatan), amanah (jujur, boleh dipercaya tentang apa saja), sabar (takkan
menanggung barang atau perkara yang menyusahkan, tahan uji), ittihad (bersatu
di dalam mengerjakan kebaikan dan keperluan), ihsan (berbuat baik kepada
siapapun), ri’ayatul jiwar (menjaga kehormatan tetangga), wafa’bil ahdi
(menepati janji), tawasau bil haq (membela kebenaran), ta’awun (tolong-menolong
dalam kebaikan), athfi’ alad-dlaif (menyayangi dan membela yang lemah),
muwasatil faqier (suka menghibur hati fakir-miskin), serta rifqi (berhati belas kasih).
D. TRANSFORMASI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
Kata transformasi berasal dari
bahasa latin “transformare”, yang artinya mengubah bentuk. Transformasi berasal
dari kata “formation” (inggris) berarti bentuk. Secara etimologi (lughawy)
transformasi adalah “perubahan bentuk atau struktur, (konversi dari suatu
bentuk kebentuk yang lain)”.
Transformasi
merupakan suatu istilah yang populer dan
menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan
bernegara di Indonesia, termasuk transformasi di bidang pendidikan. Karena pada
era transformasi ini, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam
semua aspek kehidupan.
Dalam hal ini,
pendidikan Islam harus mampu menciptakan suatu pendidikan yang sistematis dan
sesuai dengan upaya menciptakan keadilan sosial, kesejahteraan, dan peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang terjadi di bidang lain,
transformasi pendidikan pun tidak akan terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi
ada beberapa tahapan yang harus dilaluinya, dan tentunya juga memerlukan
ketersediaan dana dan tenaga agar proyeksi pendidikan dapat lebih mengena pada
sasaran yang diinginkan.
Transformasi
pendidikan merupakan suatu perubahan wajah dan watak pendidikan. Proses
transformasi ini ada kalanya menghasilkan perubahan yang bersifat positif dan
ada kalanya menghasilkan perubahan yang bersifat negatif. Tentu saja,
perubahan-perubahan positif ini menghasilkan perbaikan, sedangkan
perubahan-perubahan negatif akan bermuara pada kemunduran. Secara garis
besar dapat dicontohkan bahwa dengan meledaknya jumlah sekolah, mulai dan
tingkat sekolah dasar sarnpai ke perguruan tinggi tentunya dapat dipandang
sebagai suatu kemajuan, akan tetapi dengan meledaknya jumlah sekolah tersebut,
akan terjadi kemerosotan-kemerosotan dalam mewujudkan mutu pendidikan yang
dapat dipandang sebagai suatu kemunduran, yang biasa disebut dampak negatif.
Fazlur Rahman
menyatakan bahwa pangkal pendidikan Islam adalah mengerahkan peserta didik
untuk memiliki etika al-Qur’an sehingga peserta didik dapat mengembangkan segala
potensi yang ada pada dirinya dengan kemampuan untuk mengatur segala yang ada
di alam ini untuk kemaslahatan kehidupan seluruh umat manusia. Paradigma
Qur’ani terdiri dan tiga kata kunci: “iman, Islam, dan taqwa”. Ketiga kata
kunci tersebut mengandung maksud yang sama, yaitu percaya, menyerahkan diri,
dengan menaati segala yang diperintahkan Allah dan meninggalkan segala yang
dilarang-Nya.
Paradigma Qur’ani ini sangat penting dalam konteks kekinian dimana umat Islam menghadapi arus globalisasi yang digulirkan oleh Barat yang cenderung menjebak manusia dalam kubangan materialisme dan mengesampingkan moralitas dan keadilan. Tidak mengherankan apabila manusia masa kini lebih bersikap individualistik, acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, dan bahkan melupakan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang abadi.
Paradigma Qur’ani ini sangat penting dalam konteks kekinian dimana umat Islam menghadapi arus globalisasi yang digulirkan oleh Barat yang cenderung menjebak manusia dalam kubangan materialisme dan mengesampingkan moralitas dan keadilan. Tidak mengherankan apabila manusia masa kini lebih bersikap individualistik, acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, dan bahkan melupakan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang abadi.
Dengan paradigma Qur’ani ini, pendidikan Islam akan mampu
melahirkan sosok generasi Muslim yang kreatif dan berbudi luhur yang
menjadikannya bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya untuk
kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan dan keteraturan
dunia.
Kepribadian
muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian
yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam.
Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses
kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang
besar dalam pembentukan kepribadian muslim. Jadi, transformasi pendidikan Islam
merupakan penerapan pembentukan kepribadian muslim melalui pendidikan formal
(sekolah), informal (keluarga), maupun nonformal (masyarakat) dengan
mengutamakan prinsip pembiasaan, keteladanan, dan penanaman nilai-nilai yang
bernuansa ibadah-amaliyah yang terencana, sistematis, kontinyu dan berlangsung
seumur hidup yang tentunya tetap mengacu kepada ajaran Islam berdasarkan Al Quran-Hadits.
Sehingga terciptalah sosok “insan kamil” yang terjamin kehidupannya baik di
dunia maupun akhirat.
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
1.
Kepribadian
muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas
dari keseluruhan tingkah laku, kegiatan jiwa maupun falsafah hidup dan
kepercayaannya yang senantiasa menunjukkan sikap sebagai muslim baik yang
ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya, berakhlakul
karimah berdasarkan nilai keIslaman sebagaiman termaktub dalam Al Quran dan
Hadits.
2.
Konsep tentang sifat-sifat muslim meliputi:
konsep tentang individualitas manusia yang menuntut tanggung-jawab pribadi,
konsep tentang sosialitas manusia yang menuntut kerjasama dan tolong-menolong,
konsep manusia sebagai makhluk bersusila yang menuntut moral dan perbuatan yang
baik, dan konsep manusia sebagai makhluk bertuhan yang menuntut keimanan dan pengabdian,
sehingga dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan sosok pribadi muslim yang
beriman, beramal, dan berakhlak mulia.
3.
Transformasi
pendidikan Islam merupakan penerapan pembentukan kepribadian muslim melalui
pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), maupun nonformal (masyarakat)
dengan mengutamakan prinsip pembiasaan, keteladanan, dan penanaman nilai-nilai
yang bernuansa ibadah-amaliyah yang terencana, sistematis, kontinyu dan
berlangsung seumur hidup yang tentunya tetap mengacu kepada ajaran Islam
berdasarkan Al Quran-Hadits. Sehingga terciptalah sosok “insan kamil” yang
terjamin kehidupannya baik di dunia maupun akhirat.
B. IMPLIKASI
Dengan memahami konsep kepribadian muslim dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam,
kita sebagai calon guru dapat diharapkan nantinya dapat berfikir, berkata dan bertindak
dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri adalah
diharapkan dari seorang pendidik menjadi figur yang dapat dicontoh peserta
didik dan masyarakat, Oleh karena itu, segala tingkah laku pendidik harus
sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang berasal dari wahyu
sehingga peserta didik akan mencontohnya. Faktor terpenting bagi seorang
pendidik adalah pribadinya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia
akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya, ataukah
menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan peserta didiknya.
Sedangkan bagi seorang peserta didik, khususnya kita
sebagai mahasiswa, dengan memahami
konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan
nantinya dapat berbudi pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga dapat mudah
menyerap ilmu yang diajarkan serta nantinya diharapkan mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Dan menjadi seorang yang paripurna (insan kamil)
sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang diartikan sebagai manusia utuh
Rohani dan Jasmaninya yang dapat hidup berkembang secara wajar dan normal
karena taqwa kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam Bish-Shawab
DAFTAR PUSTAKA
Al-Banjani,
Ramadhana Rachmat, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an,
Jogjakarta: Diva Press, 2008
Departemen
Agama RI, Pendidikan Islam di Era
Transformasi Global, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006
Marimba, D.
Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Alma’arif, 1962
Mujib, Abdul, Dr., M. Ag., Kepribadian dalam Psikologi
Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Zuhairini, Dra., dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Ed. 1, Cet. 5, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
http://www.google-search.com/transformasi
pendidikan agama islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar