METODE PEMBELAJARAN PAI
1.
Metode Pembelajaran PAI dan Karakteristiknya
a. Pengertian metode pembelajaran PAI
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari
dua kosa kata, yaitu “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang
berarti jalan. Sedangkan pengertian menurut istilah metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan
istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2008: 2-3).
Dari beberapa
pengertian yang diformulasikan oleh para pakar di atas tentang pengertian metode, maka kita dapat menyimpulkan tentang
pengertian metode pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Abdul Munir
Mulkhan (1993: 13), metode pembelajaran adalah suatu
cara yang digunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan
pelajaran kepada siswa. Apabila kata metode tersebut
dikaitkan dengan pembelajaran Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk
menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam
pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu, metode pembelajaran Islam dapat diartikan
sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Dr. Muhammad
Utsman Najati (2008: 7), konsep Islam mengenai proses
pembelajaran PAI berdasarkan telaah teks Alqur’an adalah :
1) Menggunakan metode bil-hikmah,
2) Menggunakan metode uswah
(teladan),
3) Menggunakan
perumpamaan-perumpamaan (al-Amtsal),
4) Mementingkan aspek
psikologis dalam belajar,
5) Memberikan motivasi
secara implisit maupun eksplisit,
6) Mengulang-ulang
pelajaran (Tikror),
7) Menggunakan hati (qalb) untuk memahami (http://azmisahabudin.wordpress.com).
Bila ditelaah lebih lanjut, maka akan
diperoleh perbandingan konsep Alqur’an dan teori psikologi kontemporer barat
yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Perbandingan Konsep Pembelajaran Islam dan
Barat
Menurut Telaah Psikologi
Perbandingan
|
Islam
|
Psikologi
Barat
|
Instrumen
|
Hati dan akal
|
akal
|
Metode
|
Uswah, bil hikmah, bil amtsal
|
Kondisioning (behaviorisme), skema
(kognitif), modeling (Belajar sosial), partisipasi aktif (humanisme)
|
Aspek yang aktif
|
Kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual
|
Kognitif, afektif, psikomotorik
|
Tujuan
|
Taqwa
|
Self Actualization
|
Sumber
: (http://azmisahabudin.wordpress.com).
b. Karakteristik metode pembelajaran PAI
Karakteristik metode pembelajaran PAI yaitu :
1) Keseluruhan proses penerapan metode
pembelajaran PAI, mulai dari pembentukannya, penggunaannya sampai pada
pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran
yang universal.
2) Proses pembentukan, penerapan dan
pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep akhlak karimah
sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
3) Metode pembelajaran PAI bersifat luwes dan
fleksibel dalam arti senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi.
4) Metode pembelajaran PAI berusaha
sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik.
5) Metode pembelajaran PAI dalam penerapannya
menekankan kebebasan siswa untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam
batas-batas kesopanan dan akhlak karimah.
6) Dari segi pendidik, metode pembelajaran PAI
lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan guru dalam menggunakan
serta mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran yang ada.
7) Metode pembelajaran PAI dalam penerapannya
berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya
interaksi edukatif yang kondusif.
8) Metode pembelajaran PAI merupakan usaha untuk
memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien (Nizar, 2002: 70-71).
Dalam penerapannya,
penggunaan metode pembelajaran PAI harus memperhatikan
dasar-dasar umum metode pembelajaran Islam. Asas metode pembelajaran Islam
tersebut diantaranya adalah :
1) Asas agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama Islam yang merujuk pada
nilai-nilai dalam Alqur’an dan Hadits.
2) Asas biologis, maksudnya bahwa dalam menggunakan metode
pembelajaran Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis
siswa.
3) Asas psikologis, bahwa metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan
secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis
siswanya.
4) Asas sosiologis, bahwa ketika pembelajaran berlangsung ada
interaksi antara siswa dengan siswa dan ada interaksi antara guru dengan siswa.
Atas dasar hal ini, maka penggunaan metode dalam pendidikan Islam harus
memperhatikan kondisi sosiologis siswa (Ramayulis dan Samsul, 2009: 216).
Diantara asas
atau prinsip metode pendidikan Islam yang juga perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Mengajarkan materi dari yang inderawi kepada yang
rasional sesuai dengan tingkatan akal manusia.
2) Menggunakan sarana/alat peraga yang bersifat konkret untuk menjabarkan pelajaran.
3) Prinsip spesifikasi dan integrasi ilmu pengetahuan,
artinya fokus pada satu bidang ilmu sebagai cabang dari ilmu lainnya.
4) Prinsip kontinuitas/kesinambungan dalam penyajian materi
sehingga siswa tidak lupa terhadap materi-materi sebelumnya.
5) Tidak mencampuradukkan antara dua ilmu pengetahuan dalam
satu waktu.
6) Menghindari kekerasan terhadap siswa.
7) Jangan mengajarkan ilmu dari hasil ringkasannya, padahal
siswa harus menguasai ilmu secara spesifik (Kosim, 2012: 16).
2.
Macam-macam Metode Pembelajaran PAI
a. Metode pembelajaran PAI menurut para ahli
Terdapat
beberapa macam metode yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam. Al-Syaibany (1979: 37) mengemukakan ada dua belas
metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu: metode pengambilan
kesimpulan atau induktif, metode perbandingan (qiyasiah), metode kuliah,
metode dialog dan perbincangan, metode lingkaran (halaqah), metode
riwayat, metode mendengar, metode membaca, metode imla’ (dictation),
metode hafalan, metode pemahaman, dan metode lawatan untuk menuntut ilmu
(pariwisata).
Abdurrahman
an-Nahlawi (1995: 204) juga
mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Islam.
Menurutnya, metode yang dianggap paling penting dan paling menonjol adalah
sebagai berikut :
1) Metode
dialog Qur’ani dan Nabawi, meliputi dialog khithabi dan ta’abbudi,
dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, dan dialog nabawi.
2) Mendidik
melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
3) Mendidik
melalui perumpamaan (amtsal) Qur’ani dan Nabawi
4) Mendidik
melalui keteladanan
5) Mendidik
melalui aplikasi dan pengamalan
6) Mendidik
melalui ibrah dan nasehat
7) Mendidik
melalui targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).
Selain
pendapat an-Nahlawi di atas, Ramayulis
(2008: 193) mengemukakan tiga belas metode yang dapat
digunakan dalam mengajar, yaitu: metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
eksperimen, diskusi, sosio drama dan bermain peranan, drill (latihan),
mengajar beregu (team teaching), pemecahan masalah, pemberian tugas
belajar dan resitasi, kerja kelompok, imla’ (dikte) dan simulasi.
b. Metode pembelajaran PAI dalam Alqur’an
Alqur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi
umat Islam telah memberikan garis-garis besar mengenai
pendidikan terutama tentang metode pembelajaran. Abu al-Hasan al-Nadwi mempertegas dalam Nahwu al-Tubiyah al-Islamiyah al-Hurroh, dengan menyatakan bahwa:
Pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah
bersumberkan kepada aqidah Islamiyah. Seandainya pendidikan umat Islam tidak
didasarkan kepada aqidah yang bersumberkan kepada Alqur’an, maka pendidikan
bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing (al-Nadwi, 1974: 3).
Sebagai umat yang telah dianugerahi Allah Swt, kitab Alqur’an yang lengkap dengan petunjuk
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari
Alqur’an. Diantara metode-metode tersebut antara lain :
1) Dalam Surat an-Nahl: 125
Terjemahan:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik.” (QS. an-Nahl: 125) (Departemen Agama RI, 2010: 282).
Berdasarkan penafsiran para mufassir terhadap
Alqur'an surat an-Nahl ayat 125 terdapat tiga metode pembelajaran :
a) Metode pembelajaran melalui bil-hikmah,
yakni pengetahuan mendalam yang menjelaskan kebenaran serta menghilangkan
kesalah-pahaman melalui tutur kata yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa
akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih serta mampu
bersikap proporsional, mampu membedakan mana yang harus dikerjakan dan mana
yang harus ditinggalkan.
b) Metode pembelajaran melalui al-Mau'idhotil
hasanah, menurut tafsiran para mufassir artinya adalah pendidikan yang baik. Yakni bentuk pendidikan dengan
memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar, perkataan yang lemah lembut,
penuh dengan keikhlasan, menyentuh hati sanubari, menentukan dan menggetarkan
jiwa siswa untuk terdorong melakukan aktivitas dengan baik.
c) Metode pembelajaran melalui mujaadalah
billatii hiya ahsan artinya adalah bantahan yang lebih baik, yakni bantahan
dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan yang baik, bersikap
tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang dada
(http://muhammadiqbalmalik.blogspot.com).
2) Metode
Teladan (Uswah) dalam Surat al-Qalam : 4
Terjemahan :
“Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Departemen Agama RI, 2010: 565).
Metode
ini merupakan metode yang paling berpengaruh dalam mendidik siswa, khususnya
dalam hal pembentukan kepribadian (http://makalahkuliah.com).
3) Metode Nasehat dalam Surat Luqman: 12-13
Terjemahan :
12. “Dan
sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (Departemen Agama RI, 2010: 413)
Metode ini merupakan
penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan disertai dengan keteladanan.
Perpaduan antara metode ceramah dengan keteladanan yang lebih diarahkan kepada
bahasa hati, tetapi bisa pula disampaikan dengan pendekatan rasional (http://makalahkuliah.com).
4) Metode Targhib dan Tarhib dalam
Surat az-Zalzalah: 7-8
Terjemahan :
7. “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.”
8. ”Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.” (Departemen Agama RI, 2010: 600)
Menurut
Abdurrahman an-Nahlawi, berdasarkan analisis terhadap ayat-ayat Alqur’an dapat
didefenisikan bahwa targhib adalah janji yang disertai bujukan dan
rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun penundaan
itu bersifat pasti, baik, murni dan dilakukan melalui amal shaleh atau
pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan. Sementara tarhib adalah
ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya
sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah Swt.
Dalam
ilmu modern, targhib dikenal dengan istilah reward yang berarti
ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan dan merupakan salah satu alat
pendidikan dan berbentuk reinforcement yang positif, sekaligus sebagai
motivasi yang baik. Sementara tarhib dikenal dengan istilah punishment
hukuman atau sanksi sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi metode pembelajaran yang
baik (http://makalahkuliah.com).
5) Metode Pengulangan (Tikror) dalam
Surat al-Isra’: 41
Terjemahan :
“Dan sesungguhnya
dalam Al Quran ini kami telah
ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat…” (Departemen
Agama RI, 2010: 287)
Metode pengulangan yaitu
guru mengajar dengan memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ulang materi
tersebut dengan harapan siswa dapat mengingat lebih lama materi yang
disampaikan (http://azmisahabudin.wordpress.com).
6) Metode Amtsal (Perumpamaan) dalam
Surat al-Baqarah: 17
Terjemahan :
“Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Departemen Agama RI, 2010: 5)
Metode perumpamaan yaitu
guru mengajar dengan cara menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan. Metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkret (Ramayulis, 2008: 193).
c. Metode pembelajaran PAI konvensional
Metode pembelajaran PAI konvensional adalah
metode yang secara umum/lazim digunakan pada proses pembelajaran hampir di
setiap pengajaran bidang studi umum. Metode-metode tersebut diantaranya adalah :
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah
cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh guru kepada
siswa. Metode ini bisa efektif
diterapkan jika penyampaiannya menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami
dan mengandung pesan-pesan yang bermutu sehingga memperkaya wawasan siswa secara
kognitif. Metode ceramah juga bisa menyentuh qalbu siswa sehingga ceramah tidak
hanya bersifat kognitif tetapi juga ranah apektif (http://makalahkuliah.com). Prinsip dasar metode ini
terdapat di dalam Alqur’an :
Terjemahan :
“Dan
kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.
(QS. Yasin : 17) (Departemen Agama RI, 2010: 442)
2) Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah suatu cara
penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membicarakan dan menganalisis suatu permasalahan secara ilmiah. Dengan
cara mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman An-Nahlawi menyebut
metode ini dengan sebutan metode hiwar (Ramayulis, 2008: 194). Penggunaan
dan penerapan metode ini harus
dilakukan dengan baik, seperti tidak menyinggung perasaan orang lain,
menghargai pendapat dan pembicaraannya, tidak memonopoli forum dan tidak pula
egois serta dibutuhkan kedewasaan berpikir. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Alqur’an :
Terjemahan :
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,
kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka". (QS. al-‘Ankabut : 46) (Departemen Agama RI, 2010 : 403)
c. Metode Demonstrasi
Menurut Ismail SM (2008: 20), metode
demonstrasi yaitu suatu metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
siswa, misalnya cara berwudhu atau shalat. Tujuan
dan manfaat dalam penggunaan metode demonstrasi adalah dapat memberikan
gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan.
Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara cermat.
Menghindari adanya verbalisme karena dalam metode ini, setelah melihat
peragaan, kemudian siswa sendiri mencoba melakukannya.
d. Metode Tanya-Jawab
Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir (2006: 167) menjelaskan bahwa metode tanya-jawab
adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa
menjawab. Efektivitasnya
lebih besar daripada metode lain. Karena dengan metode tanya jawab, pengertian
dan pemahaman dapat diperoleh lebih manfaat. Sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari
semaksimal mungkin.
Metode
tanya jawab digunakan sebagai upaya untuk meninjau pelajaran yang lalu, agar
siswa memusatkan lagi perhatian tentang jumlah kemajuan yang telah dicapai,
sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikutnya. Kebaikan penggunaan metode
tanya jawab adalah situasi kelas lebih hidup, dapat melatih keberanian siswa
untuk mengemukakan pendapatnya, dapat membangkitkan kreativitas minat siswa agar lebih
aktif dan bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
e. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses pembelajaran melalui pemberian tugas tertentu oleh guru untuk dikerjakan oleh siswa, kemudian tugas tersebut dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian, diharapkan agar siswa belajar secara bebas tapi bertanggung-jawab. Sehingga dapat berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Dalam hal ini tugas yang diberikan berkaitan dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya sebagai bentuk penguasaan dan evaluasi terhadap materi yang diajarkan oleh guru (Daradjat, 2004: 298).
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses pembelajaran melalui pemberian tugas tertentu oleh guru untuk dikerjakan oleh siswa, kemudian tugas tersebut dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian, diharapkan agar siswa belajar secara bebas tapi bertanggung-jawab. Sehingga dapat berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Dalam hal ini tugas yang diberikan berkaitan dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya sebagai bentuk penguasaan dan evaluasi terhadap materi yang diajarkan oleh guru (Daradjat, 2004: 298).
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, dkk. 2004. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed. 2, Cet. 3. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Edisi
Tahun 2002, Cet. I. Jakarta: Darus Sunnah.
Dimyati, dkk. 1994. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ismail SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam
Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL
Media Group.
Jalaluddin dan Usman Said. 1994. Filsafat
Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kosim LA, Muhammad. 2012. Analisis Filosofis Metoda dan Alat Pendidikan dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Islam, Dalam http://makalahkuliah.com/
Malik, Muhammad Iqbal. 2012. Metode
Pendidikan Dalam Perspektif Alqur’an Surat an-Nahl Ayat 125, Dalam http://muhammadiqbalmalik.blogspot.com/
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2006.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Putra
Grafika.
Mulkhan, Abdul Munir. 1993. Paradigma
Intelektual. Yogyakarta: SI Pers.
al-Nadwi, Abu al-Hasan. 1974. Nahwu
al-Tubiyah al-Islamiyah al-Hurroh. Qohirah: Al-Mukhtar al-Islami.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat
Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sahabuddin, Azmi. 2011. Metode
Belajar Perspektif Psikologi dan Alqur’an, Dalam http://azmisahabudin.wordpress.com/
Sardiman, A. M. 2000. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Cet. VII. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Taufik, Sidik Rilman. Motivasi
Belajar, Dalam http://pesantrenalihsanbe.or.id/
Tim Cafe Motivasi. Cara
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Dalam http://cafemotivasi.com/