Kamis, 19 April 2018

Download gratis skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam


Berikut ini adalah Draft Skripsi atau Proposal Penelitian bagi mahasiswa jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) yang akan menyusun skripsi. File aslinya dapat anda dapatkan dengan lengkap beserta skripsinya melalui nomor WA 081342528934, Chat dengan Hashtag #MintaSkripsi. Lokasi dan data penelitian bisa anda ganti sesuai keinginan atau lokasi anda. Tapi sebelumnya anda harus mengusulkan judul skripsi ini untuk memastikan filenya bisa anda ambil sebelum teman yang lain mendahului anda. Terima kasih...


DRAFT SKRIPSI
NAMA              : ______________
NIM                  : 00.000.0000
PRODI              : S 1. PAI
PTAIS               : 
JUDUL    : UPAYA PEMBELAJARAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELURAHAN RANGAS MAJENE
                                                                                                                                   
A.      Latar Belakang
Masyarakat memiliki banyak pengalaman, tekun, ulet, kreatif, inovatif dan juga memiliki kemampuan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan komunitasnya. Namun adanya campur tangan dari pihak-pihak yang cenderung untuk meraih keuntungan dengan mengatas-namakan masyarakat serta adanya penerapan program-program yang bersifat project oriented yang mengabaikan unsur pendidikan didalamnya, maka akan terjadi perubahan perilaku di tingkat masyarakat. Masyarakat tidak lagi berusaha mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal yang dimiliki, melainkan justru menjadi sangat tergantung dengan pihak lain.
  Program-program yang hanya berorientasi kepada proyek, pada umumnya tidak direncanakan bersama masyarakat dan bahkan mengabaikan peran serta masyarakat didalamnya. Sehingga pada tataran implementasinya, banyak proyek-proyek yang tidak tepat sasaran. Dengan kata lain, tidak sesuai dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Berbagai jenis program pengembangan masyarakat yang tidak direncanakan bersama masyarakat, apapun alasannya adalah identik dengan penindasan dan tidak manusiawi (dehumanisasi) (Langgulung, 1986: 27).
Nelayan tradisional berjuang keras melawan terpaan gelombang laut yang dahsyat pada saat pasang naik untuk mendapatkan ikan. Mereka terus bergelut dengan kemiskinan. Walaupun demikian, nelayan tetap bisa bertahan karena didorong semangat hidup yang kuat dengan motto kerja keras agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Waktu yang dapat dimanfaatkan nelayan untuk melaut hanya 20 hari selama sebulan, sisanya mereka relatif menganggur. Berarti, waktu benar-benar dibutuhkan untuk pergulatan hidup sehingga tidak terpikirkan untuk duduk di bangku sekolah.
Menjelang usia remaja, anak-anak nelayan akan mengikuti ayahnya melaut sehingga mereka meninggalkan bangku sekolah. Oleh karena itu, anak-anak yang sudah menginjak remaja diharapkan telah selesai menempuh pendidikan dasar. Melalui pengalaman belajar tersebut dapat membantu orangtua untuk memahami teknologi maju. Sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan (Badiran, 2010: 5).
Suatu gejala yang nampak sekarang adalah adanya kecenderungan bagi anak untuk langsung menerima, sehingga membawa anak kepada kehancuran moral. Hal inilah yang mulai nampak dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam masyarakat. Untuk itu, perlu sedini mungkin diadakan pembinaan guna meningkatkan kesadaran beragama dengan jalan pembiasaan sebagai metode pembinaan akhlak mulia bagi masyarakat nelayan secara menyeluruh berdasarkan konsepsi pendidikan Islam.
Dalam kehidupan manusia, peranan agama sangat penting. Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang menuntut umat manusia untuk mengadakan penyesuaian diri. Terutama pada saat sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah memperkenalkan suatu zaman yang dikenal dengan istilah modernisasi. Dalam perkembangannya, modernisasi berpengaruh bagi manusia yang sifatnya positif maupun negatif.
Untuk mengarahkan sikap dan tingkah laku kepada hal-hal yang positif, khususnya yang belum paham tentang nilai sebuah pendidikan, maka perlu didekati dengan cara yang tepat, yakni memberikan nasehat dan pengajaran yang baik serta dihadapi dengan lemah lembut. Hal ini sangat penting dalam upaya menuntun mereka dalam pelaksanaan ajaran Islam. Untuk itu, akhlak atau budi pekerti seseorang adalah suatu modal keberhasilan dalam mengadakan interaksi sosial dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat (an-Nahrawi, 1992: 40). Oleh karena itu, menanamkan akhlak bagi masyarakat nelayan sangat penting. Sebab akhlak merupakan benteng bagi mereka dalam menghadapi masa yang penuh dengan keguncangan, kebimbangan dan kegelisahan. Sebagaimana Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa :
Pembinaan pribadi itu terjadi melalui pengalaman hidup sejak si anak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Setiap pengalaman yang dilalui sejak kecil, baik melalui pendengaran, penglihatan atau perlakuan yang diterimanya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya ikut menentukan pembinaan mentalnya (Daradjat, 1976: 17).

Pembinaan akhlak mulia bagi anak sangat penting. Akhlak mulia yang ada dalam diri seseorang merupakan pencerminan kepribadian anak dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, dikemukakan pula oleh Abdul Azis Ahyadi, bahwa :
Dengan adanya kesadaran bermoral dan disiplin, perhatian masyarakat nelayan pada kehidupan keagamaan semakin bertambah kuat. Surga, neraka dan kehidupan akhirat tidak lagi merupakan khayalan, akan tetapi merupakan keharusan moral yang dibutuhkan guna mengekang diri dari perbuatan salah dan mendorong untuk mengerjakan kebaikan dan kebenaran (Ahyadi, 1988: 51).

Dengan demikian, maka diperlukan upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan Islam yang merupakan salah satu metode dalam membentuk atau membina masyarakat nelayan ke arah yang lebih baik. Metode ini sangat efisien dan efektif. Upaya pembelajaran bukan hanya diberikan secara langsung kepada masyarakat nelayan, tetapi juga harus dibarengi dengan upaya pembelajaran berupa keteladanan dari para tokoh agama, pemerintah setempat atau orang-orang yang lebih paham dengan pendidikan agama Islam. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat at-Tahrim (66): 6,
Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
(Departemen Agama RI, 2010: 561).

Masalah masyarakat nelayan dalam kaitannya dengan pendidikan, memang perlu dicanangkan suatu konsep pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui organisasi-organisasi yang indikatornya mengacu pada pendidikan Islam. Mengingat masalah masyarakat nelayan yang jauh dari sentuhan pendidikan ini sudah menjadi masalah sosial yang harus segera ditangani secara berencana dan intensif menuju upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di daerah kelurahan Rangas. Sebagaimana kita tahu, bahwa daerah kelurahan Rangas merupakan salah satu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan, karena wilayahnya berhubungan langsung dengan kehidupan pantai dan laut. Masyarakat nelayan Rangas sangat bergantung pada penghasilan laut, sehingga pendidikan sering terabaikan ditambah dengan faktor kemiskinan. Untuk itu, perlu ada upaya dalam mengendalikan pendidikan terutama pendidikan agama Islam dalam komunitas masyarakatnya. Hal ini harus dilakukan secara gotong-royong melalui kesadaran dan kerjasama berbagai pihak dalam kehidupan bermasyarakat di kelurahan Rangas.
Berangkat dari kondisi inilah, penulis ingin mengkaji upaya-upaya yang dilakukan masyarakat nelayan Rangas dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia, ditengah permasalahan problematika kehidupan mereka yang bergantung pada sumber daya hasil laut tanpa ada kepedulian terhadap pendidikan keluarga dan anak-anaknya. Selain itu, masyarakat nelayan di kelurahan Rangas harus lebih mengutamakan pendidikan Islam dalam menata moral dan tingkat spiritual Islam yang berbudaya. Sehingga dapat diperoleh kehidupan nelayan yang selaras dengan kemajuan teknologi zaman, seimbang dengan kebudayaan tradisional yang sesuai dengan ajaran Islam untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat.
Untuk itulah, dalam penelitian skripsi ini, penulis berinisiatif mengambil judul Upaya Pembelajaran Masyarakat Nelayan dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan beberapa masalah yang relevan dengan judul di atas yaitu :
1.        Bagaimana upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene ?
2.        Bagaimana pengaruh upaya pembelajaran masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene ?

C.      Hipotesis
Permasalahan-permasalahan di atas menjadi acuan hipotesis dalam skripsi ini. Adapun hipotesis yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
1.        Upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas adalah dengan cara mengerahkan masyarakat melalui bimbingan pembelajaran dari lembaga-lembaga pendidikan Islam terdekat secara non formal dan gotong-royong pada waktu senggang mereka, seperti : shalat berjamaah di masjid yang dirangkaikan dengan kultum, ceramah pada bulan Ramadhan atau khutbah jum’at bagi seluruh lapisan masyarakat nelayan; mengikuti pembelajaran TPA di masjid maupun rumahan bagi anak-anak nelayan; mengikuti pembelajaran melalui majelis taklim atau acara-acara pengajian serta lebih banyak berkumpul dengan para tokoh agama setempat; mengikuti aktivitas kegiatan pembelajaran dan program kerja remaja masjid bagi para pemuda nelayan; serta mengikuti acara-acara yang bernuansa Islam melalui media televisi.
2.        Upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan ibadah mereka secara berkala. Sehingga tercipta tatanan kehidupan masyarakat nelayan yang beriman, berakhlak mulia dan berbudaya Islami selaras dengan kehidupan alam dan perkembangan zaman.

D.      Pengertian Judul
Sebelum memberikan pengertian judul secara keseluruhan, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian kata-kata yang dianggap penting. Dengan merujuk kepada variabel judulnya, maka kita dapat menguraikannya menjadi :
1.    Pembelajaran adalah usaha memberi pembinaan atau pendidikan terhadap seseorang untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan keterampilan (Langgulung, 1986: 52).
2.    Masyarakat nelayan adalah sekelompok manusia yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai nelayan (Kusnadi, 2009: 27).
3.    Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha atau keseluruhan aktivitas yang dilaksanakan oleh manusia untuk melaksanakan proses pembelajaran yang ditunjang oleh beragam komponen untuk membantu peserta didik menjadi umat yang memiliki pengetahuan Islam sesuai dengan prinsip Islam (Zuhairini, 2009: 45).
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil pengertian tentang maksud dan kandungan judul skripsi ini yaitu “Upaya Pembelajaran Masyarakat Nelayan dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene” adalah usaha-usaha pembinaan pendidikan yang dilakukan masyarakat nelayan untuk meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam secara gotong-royong dan maksimal di kelurahan Rangas agar masyarakat bisa memiliki pengetahuan dan pemahaman spiritual Islami serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan, sehingga tercipta peradaban masyarakat Islami yang beriman, berakhlak mulia dan selaras dengan alam.

E.       Tinjauan Pustaka
1.    Masyarakat Nelayan
a.    Pengertian Masyarakat Nelayan
Dalam buku Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir, Kusnadi (2009: 27) menguraikan bahwa secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan  pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
b.    Problematika Kehidupan Masyarakat Nelayan
Dalam bukunya Pendidikan Masyarakat Nelayan, Badiran (2010: 14) menjelaskan bahwa sejak dari dahulu sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan turun-temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Dalam masyarakat nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Kelas pemilik adalah para juragan, kesejahteraannya relatif lebih baik karena menguasai faktor produksi seperti kapal, mesin, alat tangkap maupun faktor pendukungnya seperti es, garam, dan lainnya. Kelas pekerja atau penerima upah dari pemilik merupakan mayoritas dan kalaupun mereka berusaha memiliki sendiri alat produksi, umumnya masih sangat konvensional, sehingga produktivitasnya kurang berkembang. Kelompok inilah yang terus berhadapan dan digeluti oleh kemiskinan.
Pembahasan masyarakat nelayan yang dimaksudkan disini adalah nelayan tradisional. Waktu bekerja nelayan harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan, tetapi yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari, sisanya mereka relatif menganggur. Pada kenyataannya, bila perairan dilanda cuaca buruk, nelayan tradisional tidak berani melaut karena khawatir terhadap keselamatan jiwa. Namun sebagian nelayan tetap memaksakan diri melaut meski harus menghadapi besarnya ombak dan tidak mendapatkan ikan yang cukup banyak. Kelompok ini tetap memaksakan diri karena kebutuhan keluarga yang mendesak.
c.    Pendidikan Masyarakat Nelayan
Menurut Badiran (2010: 76) dalam bukunya Pendidikan Masyarakat Nelayan bahwa masyarakat nelayan adalah masyarakat yang memiliki sifat-sifat khusus, bila dilihat dari segi pemahaman terhadap pendidikan, tingkat kesejahteraan, miskinnya pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pekerjaan, kurang kreatif maupun kurang terencana manajemen keuangan untuk menentukan masa depan. Maka model yang dianut adalah model pemberdayaan nelayan melalui pendidikan berbasis kebutuhan komunitas dan berbasis masyarakat nelayan. Konsepnya adalah membuat komunitas masyarakat nelayan memiliki pandangan perlunya pendidikan dasar bagi anak-anak mereka. Hal ini disebabkan sebagian masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting dan kini saatnya menyadarkan mereka bahwa pendidikan itu sangat penting.
Pada tahun 1970-an, Ivan Illich pernah melontarkan gagasan kontroversial tentang masyarakat tanpa sekolah (deschooling society). Illich meramalkan, jika pengetahuan dan tingkat kedewasaan masyarakat sudah berkembang dengan wajar, institusi-institusi pendidikan formal tidak lagi diperlukan. Masyarakat akan mampu menjalankan fungsi pendidikan lewat elemen sosial budaya yang luas, tanpa harus terikat dengan otoritas kelembagaan seperti sekolah. Jadi, pengorganisasian pendidikan sistem formal bukanlah satu-satunya jalan keluar. Oleh karena itu, model pendidikan dasar yang harus dikembangkan adalah model pendidikan non formal yaitu pendidikan dasar yang mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada masyarakat yang responsibel terhadap penyelesaian problem pendidikan sesuai dengan konteks masyarakat nelayan itu sendiri.
2.    Pendidikan Agama Islam
a.    Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zuhairini (2009: 27) dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa, pendidikan agama Islam ialah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Sementara itu, dalam buku Ilmu Jiwa Agama, Zakiah Daradjat menuliskan bahwa, pendidikan agama Islam adalah :
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak (Daradjat, 1976: 46).

Lebih lanjut, Zakiah Daradjat (1976: 48) menguraikan bahwa, tujuan pendidikan agama Islam adalah :
1)   Terbentuknya kepribadian yang utuh jasmani dan rohani (insan kamil) yang tercermin dalam pemikiran maupun tingkah laku terhadap sesama manusia, alam serta Tuhannya,
2)   Dapat menghasilkan manusia yang tidak hanya berguna bagi dirinya, tapi juga berguna bagi masyarakat dan lingkungan, serta dapat mengambil manfaat yang lebih maksimal terhadap alam semesta untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat,
3)   Merupakan sumber daya pendorong dan pembangkit bagi tingkah laku dan perbuatan yang baik, dan juga merupakan pengendali dalam mengarahkan tingkah laku dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, pembinaan moral harus didukung pengetahuan tentang ke-Islaman pada umumnya dan aqidah atau keimanan pada khususnya.
b.    Eksistensi Pendidikan Agama Islam dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam bukunya Pendidikan Berbasis Masyarakat, Subaidin (2007: 47) menjelaskan bahwa, pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menjadi sarana bagi pembentukan intelektualitas, bakat, budi pekerti dan akhlak serta kecakapan dalam proses pendidikan. Atas pertimbangan inilah, selayaknya semua pihak perlu memberikan perhatian secara maksimal terhadap bidang pendidikan.
Dunia pendidikan di masa depan memang dituntut untuk lebih dekat lagi dengan realitas dan permasalahan hidup yang tengah menghimpit masyarakat. Ungkapan School is mirror society (sekolah lembaga pendidikan adalah cermin masyarakat) setidaknya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang berlangsung. Sebagai konsekuensinya, lembaga masyarakat harus ikut berperan aktif dalam memecahkan problem sosial.
Bagi masyarakat, hakikat pendidikan sangat bermanfaat untuk kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode zaman kepada generasi muda melalui pendidikan secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.

F.       Metode Penelitian
1.    Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Populasi merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian ilmiah lapangan. Dengan populasi, akan diperoleh data yang diperlukan, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Menurut Arikunto (1991: 15), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dengan kata lain, populasi merupakan keseluruhan sumber informasi yang ada hubungannya dengan penelitian dan dapat memberikan keterangan tentang data yang dibutuhkan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat nelayan se-kelurahan Rangas yang berjumlah 1.144 orang, tersebar dalam 4 lingkungan yaitu Rangas Barat, Rangas Pa’besoang, Rangas Tammalassu dan Rangas Timur.
b.    Sampel
Sampel merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh seorang penulis dalam penelitian di lapangan, jika penelitian populasi kurang memungkinkan untuk dilakukan. Sampel biasanya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya penelitian.
Adapun pengertian sampel menurut Arikunto (1991: 16) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Salah satu tujuan dari teknik sampel adalah untuk efektifitas waktu, tenaga dan biaya serta kemampuan dalam kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka untuk menentukan besar kecilnya sampel, penulis memilih teknik sampel kelompok dari keseluruhan populasi (cluster sample). Jadi, penulis mengambil masyarakat nelayan dari lingkungan Rangas Timur sebagai sampel penelitian yang berjumlah 290 orang.
2.    Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian yaitu :
a.    Daftar Pengamatan
Daftar pengamatan adalah susunan rencana observasi atau pengamatan yang berhubungan dengan penelitian. Berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati, tinggal memberi tanda/tally pada kolom tempat peristiwa muncul.
b.    Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber penelitian, tentunya para informan dari para masyarakat nelayan setempat. Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sumber pelengkap data penelitian.
c.    Cek List
Cek list adalah daftar kelengkapan dokumentasi yang digunakan untuk kepentingan penelitian melalui pengamatan dengan berusaha membandingkannya dengan ketersediaan data yang ada di lokasi penelitian.
3.    Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.     Persiapan
Bentuk penelitian dan bentuk tujuan apapun sangat memerlukan langkah-langkah persiapan terutama menyangkut persyaratan administrasi untuk kelancaran penelitian di lapangan. Termasuk dalam hal ini adalah surat izin penelitian dan kelengkapan lainnya. Disamping itu, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan teknis, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini sebaiknya dipersiapkan sebelum berangkat ke lapangan agar kegiatan penelitian terkonsentrasi sepenuhnya pada upaya perolehan data yang dibutuhkan.
b.    Pelaksanaan
Pada tahap kedua ini, penulis menempuh dua cara, yaitu pengumpulan data kepustakaan dan tahap pengumpulan data di lapangan. Pada tahap pengumpulan data kepustakaan, penulis memperoleh data dengan membaca literatur yang ada hubungannya dengan pembahasan teori-teori penelitian skripsi.
Pada tahap pengumpulan data, penulis terjun langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a.    Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang dilakukan oleh penulis terhadap objek yang diteliti.
b.    Wawancara, yaitu penulis mengumpulkan sejumlah data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada masyarakat nelayan yang ada di lingkungan tempat penelitian tersebut.
c.    Metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang ada di lokasi yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.    Teknik Analisis Data
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik yang digunakan adalah :
a.    Teknik deduktif yaitu suatu cara berpikir yang digunakan dalam pengetahuan yang bersifat umum kemudian mengolahnya dan menganalisis untuk mendapatkan kesimpulan khusus.
b.    Teknik induktif yaitu suatu cara berpikir yang digunakan untuk menganalisis masalah dengan bertitik-tolak dari hal yang bersifat khusus kemudian mengolahnya dan menganalisis untuk mendapatkan kesimpulan umum.
c.    Teknik komparatif yaitu diadakan perbandingan pada beberapa pokok masalah kemudian mengambil kesimpulan (Hadi, 2000: 26).

G.      Tujuan dan Kegunaan
1.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene.
b.    Untuk mengetahui pengaruh upaya pembelajaran masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene.
2.    Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a.    Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, khususnya masyarakat nelayan untuk lebih meningkatkan pendidikan agama Islam dalam menciptakan generasi yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia, selaras dengan kehidupan alam.
b.    Sebagai masukan bagi para tokoh agama Islam yang ada dalam masyarakat untuk selalu berupaya mengajak dan memberi motivasi dalam menciptakan pembelajaran agama Islam kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan.

H.      Garis Besar Isi
Untuk memperoleh gambaran hierarkis tentang isi skripsi ini, maka penulis mengemukakan garis-garis besar isi skripsi sebagai berikut :
Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis, pengertian judul, tujuan dan kegunaan penelitian serta garis-garis besar isi skripsi.
Bab Dua, merupakan pemaparan teori dalam kajian pustaka berdasarkan variabel judul skripsi yang terdiri dari; masyarakat nelayan yang meliputi pengertian, problematika dan pendidikan masyarakat nelayan; serta pendidikan agama Islam yang meliputi pengertian dan eksistensi pendidikan agama Islam dalam kehidupan masyarakat.
Bab Tiga, merupakan pemaparan metode penelitian yang digunakan, meliputi populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab Empat, merupakan pemaparan inti skripsi yaitu hasil penelitian yang meliputi gambaran umum masyarakat nelayan kelurahan Rangas Majene, upaya masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene dan pengaruh pembelajaran masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene.
Bab Lima, merupakan bagian penutup skripsi yang meliputi kesimpulan hasil penelitian dan implikasi penelitian sebagai tindak lanjut hasil penelitian.









KOMPOSISI BAB

BAB I      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
B.  Rumusan Masalah
C.  Hipotesis
D.  Pengertian Judul
E.   Tujuan dan Kegunaan
F.   Garis Besar Isi
BAB II    KAJIAN PUSTAKA
A.  Masyarakat Nelayan
B.  Pendidikan Agama Islam
BAB III   METODE PENELITIAN
A.  Populasi dan Sampel
B.  Instrumen Penelitian
C.  Prosedur Pengumpulan Data
D.  Teknik Analisis Data
BAB IV   HASIL PENELITIAN
A.  Gambaran Umum Masyarakat Nelayan di Kelurahan Rangas Majene
B.  Upaya Masyarakat Nelayan dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene
C.  Pengaruh Pembelajaran Masyarakat Nelayan Terhadap Peningkatan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene
BAB V    PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.  Implikasi

DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan, Cet. II. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahyadi, Abdul Azis. 1988. Psikologi Agama. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian, Cet. VII. Jakarta: Rineka Cipta.

Badiran, Muhammad. 2010. Pendidikan Masyarakat Nelayan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Daradjat, Zakiah. 1976. Ilmu Jiwa Agama, Cet. IV. Jakarta: Bulan Bintang.

_________. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I, Cet. 6. Jakarta: Bumi Aksara.

_________. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. I. Jakarta: CV. Ruhama.

Daulay, Haedar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya : Edisi Tahun 2002, Cet. I. Jakarta: Darus-Sunnah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi. 2012. Kajian Teoritis Masyarakat Pesisir. Dalam http://kebunhadi.blogspot.com.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research, Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: PT. Andi Offset.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir, Cet. I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

21
________. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir, Cet. I. Yogyakarta: ar-Ruzz Media.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Lubis, Syaiful Akhyar. 2000. Perubahan Masyarakat Tantangan Bagi Pendidikan. Medan: Miqat, IAIN Press.

Mansyur, Muhammad Khalil. 1984. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia.

Marimba, D. Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. VIII. Bandung: PT. al-Ma’arif.

Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

an-Nahrawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam di dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: CV. Diponegoro.

Subaidin. 2007. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto, Bagong. 1996. Kemiskinan dan Kebijakan Pembangunan. Yogyakarta: Aditya Media.

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.

Zuhairini, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar