Berikut ini adalah Draft Skripsi atau Proposal Penelitian bagi mahasiswa jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) yang akan menyusun skripsi. File aslinya dapat anda dapatkan dengan lengkap beserta skripsinya melalui nomor WA 081342528934, Chat dengan Hashtag #MintaSkripsi. Lokasi dan data penelitian bisa anda ganti sesuai keinginan atau lokasi anda. Tapi sebelumnya anda harus mengusulkan judul skripsi ini untuk memastikan filenya bisa anda ambil sebelum teman yang lain mendahului anda. Terima kasih...
DRAFT SKRIPSI
NAMA : ______________
NIM : 00.000.0000
PRODI : S 1. PAI
PTAIS :
JUDUL : UPAYA PEMBELAJARAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM
MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELURAHAN RANGAS MAJENE
A. Latar Belakang
Masyarakat memiliki banyak
pengalaman, tekun, ulet, kreatif, inovatif dan juga memiliki kemampuan untuk
menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan komunitasnya. Namun adanya
campur tangan dari pihak-pihak yang cenderung untuk meraih keuntungan dengan
mengatas-namakan masyarakat serta adanya penerapan program-program yang
bersifat project oriented yang mengabaikan unsur pendidikan didalamnya,
maka akan terjadi perubahan perilaku di tingkat masyarakat. Masyarakat tidak
lagi berusaha mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal yang dimiliki,
melainkan justru menjadi sangat tergantung dengan pihak lain.
Nelayan
tradisional berjuang keras melawan terpaan gelombang laut yang dahsyat pada
saat pasang naik untuk mendapatkan ikan. Mereka terus bergelut dengan
kemiskinan. Walaupun demikian, nelayan tetap bisa bertahan karena didorong
semangat hidup yang kuat dengan motto kerja keras agar kehidupan mereka menjadi
lebih baik. Waktu yang dapat dimanfaatkan nelayan untuk melaut hanya 20 hari
selama sebulan, sisanya mereka relatif menganggur. Berarti, waktu benar-benar
dibutuhkan untuk pergulatan hidup sehingga tidak terpikirkan untuk duduk di
bangku sekolah.
Menjelang
usia remaja, anak-anak nelayan akan mengikuti ayahnya melaut sehingga mereka
meninggalkan bangku sekolah. Oleh karena itu, anak-anak yang sudah menginjak
remaja diharapkan telah selesai menempuh pendidikan dasar. Melalui pengalaman
belajar tersebut dapat membantu orangtua untuk memahami teknologi maju.
Sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan
(Badiran, 2010: 5).
Suatu
gejala yang nampak sekarang adalah adanya kecenderungan bagi anak untuk
langsung menerima, sehingga membawa anak kepada kehancuran moral. Hal inilah
yang mulai nampak dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam masyarakat. Untuk
itu, perlu sedini mungkin diadakan pembinaan guna meningkatkan kesadaran
beragama dengan jalan pembiasaan sebagai metode pembinaan akhlak mulia bagi
masyarakat nelayan secara menyeluruh berdasarkan konsepsi pendidikan Islam.
Dalam
kehidupan manusia, peranan agama sangat penting. Hal ini sejalan dengan
perkembangan zaman yang menuntut umat manusia untuk mengadakan penyesuaian
diri. Terutama pada saat sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memperkenalkan suatu zaman yang dikenal dengan istilah modernisasi. Dalam
perkembangannya, modernisasi berpengaruh bagi manusia yang sifatnya positif
maupun negatif.
Untuk
mengarahkan sikap dan tingkah laku kepada hal-hal yang positif, khususnya yang
belum paham tentang nilai sebuah pendidikan, maka perlu didekati dengan cara
yang tepat, yakni memberikan nasehat dan pengajaran yang baik serta dihadapi
dengan lemah lembut. Hal ini sangat penting dalam upaya menuntun mereka dalam
pelaksanaan ajaran Islam. Untuk itu, akhlak atau budi pekerti seseorang adalah
suatu modal keberhasilan dalam mengadakan interaksi sosial dengan
lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat
(an-Nahrawi, 1992: 40). Oleh karena itu, menanamkan akhlak bagi masyarakat
nelayan sangat penting. Sebab akhlak merupakan benteng bagi mereka dalam
menghadapi masa yang penuh dengan keguncangan, kebimbangan dan kegelisahan.
Sebagaimana Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa :
Pembinaan pribadi itu
terjadi melalui pengalaman hidup sejak si anak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Setiap pengalaman yang dilalui
sejak kecil, baik melalui pendengaran, penglihatan atau perlakuan yang
diterimanya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya ikut menentukan
pembinaan mentalnya (Daradjat, 1976: 17).
Pembinaan
akhlak mulia bagi anak sangat penting. Akhlak mulia yang ada dalam diri
seseorang merupakan pencerminan kepribadian anak dalam kehidupan
sehari-harinya.
Selain itu,
dikemukakan pula oleh Abdul Azis Ahyadi, bahwa :
Dengan adanya
kesadaran bermoral dan disiplin, perhatian masyarakat nelayan pada kehidupan
keagamaan semakin bertambah kuat. Surga, neraka dan kehidupan akhirat tidak
lagi merupakan khayalan, akan tetapi merupakan keharusan moral yang dibutuhkan
guna mengekang diri dari perbuatan salah dan mendorong untuk mengerjakan
kebaikan dan kebenaran (Ahyadi, 1988: 51).
Dengan
demikian, maka diperlukan upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam
meningkatkan pendidikan Islam yang merupakan salah satu metode dalam membentuk
atau membina masyarakat nelayan ke arah yang lebih baik. Metode ini sangat
efisien dan efektif. Upaya pembelajaran bukan hanya diberikan secara langsung
kepada masyarakat nelayan, tetapi juga harus dibarengi dengan upaya
pembelajaran berupa keteladanan dari para tokoh agama, pemerintah setempat atau
orang-orang yang lebih paham dengan pendidikan agama Islam. Sebagaimana firman
Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat at-Tahrim (66): 6,
Terjemahannya :
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
(Departemen Agama RI, 2010: 561).
Masalah masyarakat nelayan dalam kaitannya
dengan pendidikan, memang perlu dicanangkan suatu konsep pembelajaran. Hal ini
dapat dilakukan melalui organisasi-organisasi yang indikatornya mengacu pada
pendidikan Islam. Mengingat masalah masyarakat nelayan yang jauh dari sentuhan
pendidikan ini sudah menjadi masalah sosial yang harus segera ditangani secara
berencana dan intensif menuju upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam
meningkatkan pendidikan agama Islam.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis
tertarik melakukan penelitian di daerah kelurahan Rangas. Sebagaimana kita tahu,
bahwa daerah kelurahan Rangas merupakan salah satu daerah yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja sebagai nelayan, karena wilayahnya berhubungan langsung dengan
kehidupan pantai dan laut. Masyarakat nelayan Rangas sangat bergantung pada
penghasilan laut, sehingga pendidikan sering terabaikan ditambah dengan faktor
kemiskinan. Untuk itu, perlu ada upaya dalam mengendalikan pendidikan terutama
pendidikan agama Islam dalam komunitas masyarakatnya. Hal ini harus dilakukan
secara gotong-royong melalui kesadaran dan kerjasama berbagai pihak dalam
kehidupan bermasyarakat di kelurahan Rangas.
Berangkat dari kondisi inilah, penulis ingin
mengkaji upaya-upaya yang dilakukan masyarakat nelayan Rangas dalam membangun
kualitas sumber daya manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia, ditengah
permasalahan problematika kehidupan mereka yang bergantung pada sumber daya
hasil laut tanpa ada kepedulian terhadap pendidikan keluarga dan anak-anaknya.
Selain itu, masyarakat nelayan di kelurahan Rangas harus lebih mengutamakan
pendidikan Islam dalam menata moral dan tingkat spiritual Islam yang berbudaya.
Sehingga dapat diperoleh kehidupan nelayan yang selaras dengan kemajuan
teknologi zaman, seimbang dengan kebudayaan tradisional yang sesuai dengan
ajaran Islam untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat.
Untuk itulah, dalam penelitian skripsi ini,
penulis berinisiatif mengambil judul “Upaya Pembelajaran
Masyarakat Nelayan dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan
Rangas Majene”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
di atas, maka penulis mengemukakan beberapa masalah yang
relevan dengan judul di atas yaitu :
1.
Bagaimana upaya
pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di
kelurahan Rangas Majene ?
2.
Bagaimana pengaruh upaya
pembelajaran masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan agama Islam di
kelurahan Rangas Majene ?
C. Hipotesis
Permasalahan-permasalahan
di atas menjadi acuan hipotesis dalam skripsi ini. Adapun hipotesis yang
dimaksud yaitu sebagai berikut :
1.
Upaya pembelajaran
masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan
Rangas adalah dengan cara mengerahkan masyarakat melalui bimbingan pembelajaran
dari lembaga-lembaga pendidikan Islam terdekat secara non formal dan
gotong-royong pada waktu senggang mereka, seperti : shalat berjamaah di masjid yang
dirangkaikan dengan kultum, ceramah pada bulan Ramadhan atau khutbah jum’at
bagi seluruh lapisan masyarakat nelayan; mengikuti
pembelajaran TPA di masjid maupun rumahan bagi anak-anak nelayan; mengikuti
pembelajaran melalui majelis taklim atau acara-acara pengajian serta lebih
banyak berkumpul dengan para tokoh agama setempat; mengikuti aktivitas kegiatan
pembelajaran dan program kerja remaja masjid bagi para pemuda nelayan; serta mengikuti
acara-acara yang bernuansa Islam melalui media televisi.
2.
Upaya pembelajaran masyarakat
nelayan dalam pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas sangat berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan, pemahaman dan
pengamalan ibadah mereka secara berkala. Sehingga tercipta
tatanan kehidupan masyarakat nelayan yang beriman, berakhlak mulia dan
berbudaya Islami selaras dengan kehidupan alam dan perkembangan zaman.
D. Pengertian Judul
Sebelum memberikan pengertian
judul secara keseluruhan, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian
kata-kata yang dianggap penting. Dengan merujuk
kepada variabel judulnya, maka kita dapat menguraikannya menjadi :
1. Pembelajaran adalah usaha memberi pembinaan atau
pendidikan terhadap seseorang untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan (Langgulung, 1986: 52).
2. Masyarakat
nelayan adalah sekelompok manusia yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai
nelayan (Kusnadi, 2009: 27).
3. Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha atau
keseluruhan aktivitas yang dilaksanakan oleh manusia untuk melaksanakan proses
pembelajaran yang ditunjang oleh beragam komponen untuk membantu peserta didik
menjadi umat yang memiliki pengetahuan Islam sesuai dengan prinsip Islam (Zuhairini,
2009: 45).
Berdasarkan pengertian di atas,
maka penulis dapat mengambil pengertian tentang maksud dan kandungan judul
skripsi ini yaitu “Upaya Pembelajaran Masyarakat Nelayan dalam Meningkatkan
Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene” adalah usaha-usaha pembinaan
pendidikan yang dilakukan masyarakat nelayan untuk meningkatkan pembelajaran
pendidikan agama Islam secara gotong-royong dan maksimal di kelurahan Rangas
agar masyarakat bisa memiliki pengetahuan dan
pemahaman spiritual Islami serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan,
sehingga tercipta peradaban masyarakat Islami yang beriman, berakhlak mulia dan
selaras dengan alam.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Masyarakat
Nelayan
a. Pengertian Masyarakat Nelayan
Dalam buku Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir,
Kusnadi (2009: 27) menguraikan bahwa secara geografis, masyarakat nelayan
adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir,
yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Nelayan
adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada
hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka
pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
b. Problematika
Kehidupan Masyarakat Nelayan
Dalam bukunya Pendidikan
Masyarakat Nelayan, Badiran (2010: 14) menjelaskan bahwa sejak dari dahulu
sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan turun-temurun dan
umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Dalam
masyarakat nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Kelas
pemilik adalah para juragan, kesejahteraannya relatif lebih baik karena
menguasai faktor produksi seperti kapal, mesin, alat tangkap maupun faktor
pendukungnya seperti es, garam, dan lainnya. Kelas pekerja atau penerima upah
dari pemilik merupakan mayoritas dan kalaupun mereka berusaha memiliki sendiri
alat produksi, umumnya masih sangat konvensional, sehingga produktivitasnya
kurang berkembang. Kelompok inilah yang terus berhadapan dan digeluti oleh
kemiskinan.
Pembahasan
masyarakat nelayan yang dimaksudkan disini adalah nelayan tradisional. Waktu
bekerja nelayan harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan,
tetapi yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari, sisanya mereka
relatif menganggur. Pada kenyataannya, bila perairan dilanda cuaca buruk,
nelayan tradisional tidak berani melaut karena khawatir terhadap keselamatan
jiwa. Namun sebagian nelayan tetap memaksakan diri melaut meski harus
menghadapi besarnya ombak dan tidak mendapatkan ikan yang cukup banyak.
Kelompok ini tetap memaksakan diri karena kebutuhan keluarga yang mendesak.
c.
Pendidikan
Masyarakat Nelayan
Menurut Badiran (2010: 76) dalam bukunya Pendidikan
Masyarakat Nelayan bahwa masyarakat nelayan adalah masyarakat yang memiliki
sifat-sifat khusus, bila dilihat dari segi pemahaman terhadap pendidikan,
tingkat kesejahteraan, miskinnya pengetahuan dan teknologi untuk menunjang
pekerjaan, kurang kreatif maupun kurang terencana manajemen keuangan untuk
menentukan masa depan. Maka model yang dianut adalah model pemberdayaan nelayan
melalui pendidikan berbasis kebutuhan komunitas dan berbasis masyarakat
nelayan. Konsepnya adalah membuat komunitas masyarakat nelayan memiliki
pandangan perlunya pendidikan dasar bagi anak-anak mereka. Hal ini disebabkan
sebagian masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak
penting dan kini saatnya menyadarkan mereka bahwa pendidikan itu sangat
penting.
Pada tahun 1970-an, Ivan Illich pernah melontarkan
gagasan kontroversial tentang masyarakat tanpa sekolah (deschooling society).
Illich meramalkan, jika pengetahuan dan tingkat kedewasaan masyarakat sudah
berkembang dengan wajar, institusi-institusi pendidikan formal tidak lagi
diperlukan. Masyarakat akan mampu menjalankan fungsi pendidikan lewat elemen
sosial budaya yang luas, tanpa harus terikat dengan otoritas kelembagaan
seperti sekolah. Jadi, pengorganisasian pendidikan sistem formal bukanlah
satu-satunya jalan keluar. Oleh karena itu, model pendidikan dasar yang harus
dikembangkan adalah model pendidikan non formal yaitu pendidikan dasar yang
mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada masyarakat yang responsibel
terhadap penyelesaian problem pendidikan sesuai dengan konteks masyarakat
nelayan itu sendiri.
2.
Pendidikan
Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama
Islam
Menurut Zuhairini (2009: 27) dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam bahwa, pendidikan agama Islam ialah usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan
ajaran agama Islam. Sementara itu, dalam
buku Ilmu Jiwa Agama, Zakiah Daradjat menuliskan bahwa, pendidikan agama Islam adalah :
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama
Islam, yaitu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat kelak (Daradjat, 1976: 46).
Lebih
lanjut, Zakiah Daradjat (1976: 48) menguraikan bahwa, tujuan pendidikan agama Islam adalah :
1) Terbentuknya kepribadian yang utuh
jasmani dan rohani (insan kamil) yang tercermin dalam pemikiran maupun tingkah laku
terhadap sesama manusia, alam serta Tuhannya,
2) Dapat menghasilkan manusia yang tidak hanya berguna bagi dirinya,
tapi juga berguna bagi masyarakat dan lingkungan, serta dapat mengambil manfaat
yang lebih maksimal terhadap alam semesta untuk kepentingan hidup di dunia dan
akhirat,
3) Merupakan sumber daya pendorong dan
pembangkit bagi tingkah laku dan perbuatan yang baik, dan juga merupakan
pengendali dalam mengarahkan tingkah laku dan perbuatan manusia. Oleh karena
itu, pembinaan moral harus didukung
pengetahuan tentang ke-Islaman pada umumnya dan aqidah
atau keimanan pada khususnya.
b. Eksistensi
Pendidikan Agama Islam dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam bukunya Pendidikan Berbasis
Masyarakat, Subaidin (2007: 47) menjelaskan bahwa, pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan menjadi sarana bagi pembentukan
intelektualitas, bakat, budi
pekerti dan akhlak serta
kecakapan dalam proses pendidikan. Atas pertimbangan inilah, selayaknya
semua pihak perlu memberikan perhatian secara maksimal terhadap bidang
pendidikan.
Dunia pendidikan di masa
depan memang dituntut untuk lebih dekat lagi dengan realitas dan permasalahan
hidup yang tengah menghimpit masyarakat. Ungkapan School is mirror society (sekolah
lembaga pendidikan adalah cermin
masyarakat) setidaknya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang
berlangsung. Sebagai konsekuensinya, lembaga masyarakat harus ikut berperan
aktif dalam memecahkan problem sosial.
Bagi masyarakat, hakikat pendidikan sangat bermanfaat untuk
kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang
diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya
dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak
masing-masing periode zaman kepada
generasi muda melalui pendidikan
secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian,
pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.
F. Metode Penelitian
1. Populasi
dan Sampel
a. Populasi
Populasi
merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian ilmiah lapangan. Dengan
populasi, akan diperoleh data yang diperlukan, baik penelitian kualitatif
maupun kuantitatif.
Menurut
Arikunto (1991: 15), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dengan kata lain, populasi merupakan
keseluruhan sumber informasi yang ada hubungannya dengan penelitian dan dapat
memberikan keterangan tentang data yang dibutuhkan. Populasi dalam penelitian
ini adalah keseluruhan masyarakat nelayan se-kelurahan Rangas yang berjumlah 1.144
orang, tersebar dalam 4 lingkungan yaitu Rangas Barat, Rangas Pa’besoang,
Rangas Tammalassu dan Rangas Timur.
b. Sampel
Sampel
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh seorang penulis dalam
penelitian di lapangan, jika penelitian populasi kurang memungkinkan untuk
dilakukan. Sampel biasanya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya
penelitian.
Adapun
pengertian sampel menurut Arikunto (1991: 16) adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Salah satu tujuan dari teknik sampel adalah untuk
efektifitas waktu, tenaga dan biaya serta
kemampuan dalam kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Berdasarkan
keterangan di atas, maka untuk menentukan besar kecilnya sampel, penulis
memilih teknik sampel kelompok dari keseluruhan populasi (cluster sample).
Jadi, penulis mengambil masyarakat nelayan dari lingkungan Rangas Timur sebagai
sampel penelitian yang berjumlah 290 orang.
2. Instrumen
Penelitian
Dalam
penelitian ini, untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, penulis
menggunakan beberapa instrumen penelitian yaitu :
a. Daftar
Pengamatan
Daftar
pengamatan adalah susunan rencana observasi atau pengamatan yang berhubungan
dengan penelitian. Berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati, tinggal memberi tanda/tally pada kolom tempat peristiwa muncul.
b. Pedoman
Wawancara
Pedoman
wawancara adalah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber
penelitian, tentunya para informan dari para
masyarakat nelayan setempat. Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik
kesimpulan untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sumber pelengkap data
penelitian.
c. Cek List
Cek list adalah
daftar kelengkapan dokumentasi yang digunakan untuk kepentingan penelitian
melalui pengamatan dengan berusaha membandingkannya dengan ketersediaan data
yang ada di lokasi penelitian.
3. Prosedur
Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis
menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Persiapan
Bentuk penelitian dan bentuk
tujuan apapun sangat memerlukan langkah-langkah persiapan terutama menyangkut
persyaratan administrasi untuk kelancaran penelitian di lapangan. Termasuk
dalam hal ini adalah surat izin penelitian dan kelengkapan lainnya. Disamping
itu, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan teknis, yaitu kebutuhan yang
berhubungan dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini sebaiknya
dipersiapkan sebelum berangkat ke lapangan agar kegiatan penelitian
terkonsentrasi sepenuhnya pada upaya perolehan data yang dibutuhkan.
b.
Pelaksanaan
Pada tahap kedua ini, penulis
menempuh dua cara, yaitu pengumpulan data kepustakaan dan tahap pengumpulan
data di lapangan. Pada tahap pengumpulan data kepustakaan, penulis memperoleh
data dengan membaca literatur yang ada hubungannya dengan pembahasan teori-teori
penelitian skripsi.
Pada tahap pengumpulan data,
penulis terjun langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Observasi,
yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang dilakukan oleh penulis
terhadap objek yang diteliti.
b. Wawancara,
yaitu penulis mengumpulkan sejumlah data dengan mengadakan tanya jawab langsung
kepada masyarakat nelayan yang ada di lingkungan tempat
penelitian tersebut.
c. Metode
dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang ada di lokasi yang berhubungan dengan objek penelitian.
4. Teknik
Analisis Data
Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, maka teknik yang digunakan adalah :
a. Teknik
deduktif yaitu suatu cara berpikir yang digunakan dalam pengetahuan yang
bersifat umum kemudian mengolahnya dan menganalisis untuk mendapatkan
kesimpulan khusus.
b. Teknik
induktif yaitu suatu cara berpikir yang digunakan untuk menganalisis masalah
dengan bertitik-tolak dari hal yang bersifat khusus kemudian mengolahnya dan
menganalisis untuk mendapatkan kesimpulan umum.
c. Teknik
komparatif yaitu diadakan perbandingan pada beberapa pokok masalah kemudian
mengambil kesimpulan (Hadi, 2000: 26).
G. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui
upaya pembelajaran masyarakat nelayan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam
di kelurahan Rangas Majene.
b.
Untuk mengetahui
pengaruh upaya pembelajaran masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan
agama Islam di kelurahan Rangas Majene.
2. Kegunaan
Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, khususnya
masyarakat nelayan untuk lebih meningkatkan pendidikan agama Islam dalam
menciptakan generasi yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia, selaras dengan
kehidupan alam.
b. Sebagai masukan bagi para tokoh agama Islam yang ada
dalam masyarakat untuk selalu berupaya mengajak dan memberi motivasi dalam
menciptakan pembelajaran agama Islam kepada kelompok masyarakat yang
membutuhkan.
H. Garis Besar Isi
Untuk
memperoleh gambaran hierarkis tentang isi skripsi ini, maka penulis mengemukakan
garis-garis besar isi skripsi sebagai berikut :
Bab Pertama, merupakan
bagian pendahuluan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, hipotesis, pengertian judul, tujuan dan kegunaan penelitian serta
garis-garis besar isi skripsi.
Bab Dua, merupakan
pemaparan teori dalam kajian pustaka berdasarkan variabel judul skripsi yang
terdiri dari; masyarakat nelayan yang meliputi pengertian, problematika dan
pendidikan masyarakat nelayan; serta pendidikan agama Islam yang meliputi
pengertian dan eksistensi pendidikan agama Islam dalam kehidupan masyarakat.
Bab Tiga, merupakan
pemaparan metode penelitian yang digunakan, meliputi populasi dan sampel,
instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab Empat, merupakan
pemaparan inti skripsi yaitu hasil penelitian yang meliputi gambaran umum
masyarakat nelayan kelurahan Rangas Majene, upaya masyarakat nelayan dalam
meningkatkan pendidikan agama Islam di kelurahan Rangas Majene dan pengaruh pembelajaran
masyarakat nelayan terhadap peningkatan pendidikan agama Islam di kelurahan
Rangas Majene.
Bab Lima, merupakan
bagian penutup skripsi yang meliputi kesimpulan hasil penelitian dan implikasi
penelitian sebagai tindak lanjut hasil penelitian.
KOMPOSISI
BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Hipotesis
D. Pengertian
Judul
E.
Tujuan dan Kegunaan
F.
Garis Besar Isi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Masyarakat
Nelayan
B. Pendidikan
Agama Islam
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi
dan Sampel
B. Instrumen
Penelitian
C. Prosedur
Pengumpulan Data
D. Teknik
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran
Umum Masyarakat Nelayan di Kelurahan Rangas Majene
B. Upaya Masyarakat
Nelayan dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Rangas Majene
C. Pengaruh Pembelajaran
Masyarakat Nelayan Terhadap Peningkatan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan
Rangas Majene
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
20
|
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur
Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan, Cet. II. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahyadi, Abdul Azis.
1988. Psikologi Agama. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian, Cet. VII. Jakarta: Rineka Cipta.
Badiran, Muhammad.
2010. Pendidikan Masyarakat Nelayan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Daradjat, Zakiah.
1976. Ilmu Jiwa Agama, Cet. IV. Jakarta: Bulan Bintang.
_________. 2006. Ilmu
Pendidikan Islam, Ed. I, Cet. 6. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. 1994. Pendidikan
Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. I. Jakarta: CV. Ruhama.
Daulay, Haedar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya :
Edisi Tahun 2002, Cet. I. Jakarta: Darus-Sunnah.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 3. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi
Research, Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: PT. Andi Offset.
Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal.
Bandung: Alfabeta.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan
Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir, Cet. I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
21
|
Langgulung, Hasan.
1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Pustaka al-Husna.
Lubis, Syaiful
Akhyar. 2000. Perubahan Masyarakat Tantangan Bagi Pendidikan. Medan:
Miqat, IAIN Press.
Mansyur, Muhammad
Khalil. 1984. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha
Nasional Indonesia.
Marimba, D. Ahmad.
1989. Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. VIII. Bandung: PT. al-Ma’arif.
Mulyadi. 2007. Ekonomi
Kelautan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
an-Nahrawi,
Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam di dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: CV. Diponegoro.
Subaidin. 2007. Pendidikan
Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyanto, Bagong.
1996. Kemiskinan dan Kebijakan Pembangunan. Yogyakarta: Aditya Media.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam.
Malang: UIN Malang
Press.
Zuhairini, dkk. 2009.
Filsafat Pendidikan Islam, Cet.
V. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar