Sabtu, 11 Januari 2014

Makalah Konsep Islam Tentang Pribadi Muslim Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan Islam


MATA KULIAH  : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
NAMA DOSEN    : MUH. HIDAYAT, M. Phil.

KONSEP ISLAM TENTANG
PRIBADI MUSLIM


 






DISUSUN OLEH  :
NAMA        :   RUSMAN    
N I M          :   09. 11. 0027
SEMESTER VII. A / S1. PAI
STAI-DDI MAJENE
T. A. 2012 / 2013


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai sosok pribadi muslim yang menjadi suri tauladan, sumber inspirasi dan motivasi dalam membangun pendidikan Islam di masa sekarang.
Makalah yang berjudul “Konsep Islam Tentang Pribadi Muslim” ini, sengaja saya susun untuk dijadikan sebagai bahan diskusi pada tatap-muka perkuliahan “FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen pembimbing, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Akhirul Kalam, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan membawa hikmah buat kita semua, terutama bagi diri saya pribadi, Amien … !!!
Minallahil Musta’an Wa’alaihit Tiklan.
                                                                                       Majene, 26 November 2012
                                                                                                          Penyusun,
                                                                                                  
      
                                                                                                        ( RUSMAN )

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Konsep atau teori kepribadian Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Perilaku umat Islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam melihat realita. Perilaku yang sesuai dengan perintah agama seharusnya dinilai baik, dan apa yang dilarang oleh agama seharusnya dinilai buruk. Agama memang menghormati tradisi (perilaku yang ma’ruf), tetapi lebih mengutamakan tuntunan agama yang baik (khayr).
Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya diwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu  aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian muslim. Untuk itulah, transformasi pendidikan agama Islam mewujudkannya sebagai bentuk penerapan pembentukan kepribadian muslim mulai dari lingkungan keluarga yang paling utama dan terutama, lingkungan sekolah, dan masyarakat melalui penanaman nilai-nilai keislaman dalam bentuk keteladanan, pembiasaan, dan pengajaran serta bimbingan yang terencana, sistematis, kontinyu dan berlangsung seumur hidup agar selamat, terjamin kehidupan baik di dunia maupun akhirat.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Sejauh mana definisi tentang kepribadian muslim ditinjau dari sisi etimologi maupun terminologinya ?
2.         Bagaimanakah konsep tentang sifat-sifat muslim ditinjau dari aspek potensi esensial yang dimiliki manusia ?
3.         Sejauh manakah konsepsi tentang pribadi muslim dan bagaimanakah sifat-sifat dan ciri seseorang yang berkepribadian muslim ?
4.         Bagaimanakah cara penerapan pembentukan kepribadian muslim dalam proses kehidupan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.      KEPRIBADIAN MUSLIM
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.  Dengan demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukan ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan individu yang lainnya. Termasuk di dalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita, pengetahuan dan keterampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Secara definitif, kepribadian dapat dirumuskan:
1.    Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.
2.    Organisasi dinamis daripada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik(khas) dalam  menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
3.    Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang (characteristics and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya.
Selain itu, pengertian Kepribadian adalah hasil dari suatu proses panjang hidup. Oleh karena itu, banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang  itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab, sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut, disamping tentunya faktor pembawaan. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia atau anak didik.
Muslim yang sesungguhnya adalah seorang yang memiliki keimanan dan kepribadian utuh sebagai muslim yang memiliki pandangan hidup tersendiri, mengilhami setiap tindakan sehari-hari, dan tercermin dalam setiap pola pikir dan tingkah laku yang menunjukan akhlak al-karimah berdasarkan nilai keislaman sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya. Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.

B.       KONSEP TENTANG SIFAT-SIFAT MUSLIM
1.    Konsep tentang individualitas manusia
Manusia sebagai mahluk individu berarti manusia itu merupakan keseluruhan yang tidak dapat di bagi-bagi, kata individu berarti tidak dipisah-pisahkan  antara jiwa dan raganya, rohani dan jasmaninya. Dan kesemuanya itu dilakukan secara khas dengan corak kepribadian dan kemampuan-kemampuan masing-masing individu. Oleh karena perkembangan dan pengalaman-pengalaman masing-masing individu tidak sama, maka pribadi yang terbentuk dalam proses itu juga tidak sama antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Maka orientasi pendidikan harus memperhatikan perkembangan  manusia yang wajar dari individualitasnya. Sehingga manusia menjadi dewasa dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya sendiri.
Hal ini sesuai dengan konsep Islam tentang kepribadian  individualitas manusia, firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:
“Allah tidak Membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya...” ( Q. S. Al-Baqarah: 286).
2.    Konsep tentang sosialitas manusia
Manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Potensi-potensi yang dibawa sejak ia lahir justru baru dapat berkembang dalam pergaulan (interaksi) hidup sesama manusia. Maka dari itu, tanpa pergaulan hidup dengan sesama manusia, maka anak manusia yang baru dilahirkan itu tidak akan dapat menjadi manusia yang sebenarnya.
Dengan kontak sosial secara timbal balik, akhirnya ia dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompoknya. Dengan menyesuaikan diri ini, maka anak telah mulai menekan kepentingan diri pribadi, demi kepentingan kelompoknya (kepentingan sosial). Dan kemudian mulai berfungsi super egonya, yang terdiri dari jiwa hati nurani, norma-norma dan cita-cita pribadi, berarti anak mulai dapat mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan sosialnya dan sekaligus mengembangkan pribadinya.
Di dalam konsep Islam tentang sosialitas manusia menghendaki agar setiap orang Islam selalu memelihara hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, serta menanamkan rasa persaudaraan dan tolong menolong antar sesamanya, sebagaimana firman Allah surat Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:
 “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”
(Q, S. Al-Maidah: 2)
3.    Konsep manusia sebagai mahluk bersusila
Dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, seseorang  dituntut untuk bertingkah laku secara moral. Orang harus menghormati hak-hak orang lain dalam memperjuangkan hak-hak pribadinya.
Manusia dilahirkan dalam kehidupan masyarakat yang sudah jadi, dimana manusia sudah memiliki nilai-nilai baik dan buruk diantara tingkah laku, serta norma sosial yang harus dijalankan. Dalam konsep Islam, moral menempati tempat paling utama  setelah manusia beriman kepada Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah yang mengkaitkan tentang iman dan amal sholeh dalam surat An-Nisa’ ayat 124:
Barang siapa mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk kedalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit”  ( Q, S. An-Nisa’: 124 ).
4.    Konsep manusia sebagai makhluk bertuhan
Manusia di samping sebagai individual being, sosial being dan moral being, juga sekaligus juga sebagai mahluk bertuhan. Dengan sadar atau tidak, setiap manusia mengakui bahwa ia adalah salah satu  makhluk ciptaan  Tuhan yang maha kuasa yang telah dianugerahi berupa pribadi manusia itu sendiri yang dilengkapi potensi esensinya sebagai manusia antara lain pikiran, perasaan, kemauan, anggota badan dan sebagainya.
Analisa filsafat mengatakan bahwa Tuhan yang maha Esa itu merupakan “causa prima”, artinya sebab pertama yang mengakibatkan lahirnya seluruh kenyataan yang ada, termasuk manusia. Di samping juga merupakan arah akhir atau tujuan akhir dari perkembangan seluruh jenis kenyataan yang ada, termasuk manusia. Oleh karena itu tuhan yang maha esa juga sekaligus merupakan “causa finalis’ dari perkembangan hidup manusia.

C.      KONSEPSI MENGENAI PRIBADI MUSLIM
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim, aspek-aspek yang harus dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya. Ada tiga aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran islam:
v Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
v Praktek ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
v Konsepsi Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh dapat terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.
Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:
1.    Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan sebagainya.
2.    Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, sikap dan minat.
3.    Aspek-aspek kerohanian yang luhur: meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadin atau  dan memberi corak seluruh individu tersebut.
Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yng menuntutnya ke arah  kebahagiaan, bukan saja di dunia  tetapi juga di akhirat. Aspek-aspek inilah memberi kualitas kepribadian keseluruhannya. Dari keseluruhan inilah kepribadian seseorang dapat dinilai, dan muncullah nama-nama kepribadian diantaranya kepribadian muslim.
Untuk itu, adapun ciri-ciri kepribadian muslim diantaranya adalah:
1.    Beriman
Seseorang dikatakan berkepribadian muslim apabila di dalam hatinya telah tertanam keimanan atau keyakinan tentang adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa, Malaikat malaikat-nya, Kitab-kitab-nya, Rasul-rasul-nya, Hari Kiamat dan Qodarnya. Keyakinan itu disertai dengan pengakuan yang diucapkan dalam bentuk syahadat. Kemudian dibuktikan  dalam bentuk amalan yang nyata yaitu beribadah kepada Allah.
2.    Beramal.
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang tingkah lakunya menunjukkan diri pengabdian kepada Allah. Penyerahan dan pengabdian diri kepada Allah dan beramal sholeh yaitu berbuat kebaikan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Kepribadian muslim adalah kepribadian dimana setelah ia beriman akan dilanjutkan dengan melaksanakan syariat Islam dengan patuh mengerjakan ibadah sesuai dengan rukun Islam dengan penuh kesadaran dan pengertian.
3.    Berakhlak Mulia.
Berakhlak mulia merupakan tingkah laku atau budi pekerti yang diajarkan dalam Islam. Jadi selain mereka yang berkepribadian, mereka harus taqwa, taat menjalankan ajaran-ajaran agama, harus memiliki budi pekerti yang luhur atau akhlak yang mulia. Akhlak mulia menurut ukuran Islam ialah setiap perbuatan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Akhlak mulia yang dikehendaki oleh Islam telah tercermin dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Beliau telah memberi contoh akhlak yang mulia yaitu melalui perkataan, perbuatan dan tingkah lakunya.
Ketiga ciri tersebut dapat digambarkan dalam sifat-sifat yang harus dimiliki seorang muslim seperti: sidiq (lurus dalam perkataan maupun perbuatan), amanah (jujur, boleh dipercaya tentang apa saja), sabar (takkan menanggung barang atau perkara yang menyusahkan, tahan uji), ittihad (bersatu di dalam mengerjakan kebaikan dan keperluan), ihsan (berbuat baik kepada siapapun), ri’ayatul jiwar (menjaga kehormatan tetangga), wafa’bil ahdi (menepati janji), tawasau bil haq (membela kebenaran), ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan), athfi’ alad-dlaif (menyayangi dan membela yang lemah), muwasatil faqier (suka menghibur hati fakir-miskin),  serta rifqi (berhati belas kasih).

D.      TRANSFORMASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kata transformasi berasal dari bahasa latin “transformare”, yang artinya mengubah bentuk. Transformasi berasal dari kata “formation” (inggris) berarti bentuk. Secara etimologi (lughawy) transformasi adalah “perubahan bentuk atau struktur, (konversi dari suatu bentuk kebentuk yang lain)”.
Transformasi merupakan suatu  istilah yang populer dan menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia, termasuk transformasi di bidang pendidikan. Karena pada era transformasi ini, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan. 
Dalam hal ini, pendidikan Islam harus mampu menciptakan suatu pendidikan yang sistematis dan sesuai dengan upaya menciptakan keadilan sosial, kesejahteraan, dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang terjadi di bidang lain, transformasi pendidikan pun tidak akan terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi ada beberapa tahapan yang harus dilaluinya, dan tentunya juga memerlukan ketersediaan dana dan tenaga agar proyeksi pendidikan dapat lebih mengena pada sasaran yang diinginkan.
Transformasi pendidikan merupakan suatu perubahan wajah dan watak pendidikan. Proses transformasi ini ada kalanya menghasilkan perubahan yang bersifat positif dan ada kalanya menghasilkan perubahan yang bersifat negatif. Tentu saja, perubahan-perubahan positif ini menghasilkan perbaikan, sedangkan perubahan-perubahan negatif akan bermuara pada kemunduran. Secara garis besar dapat dicontohkan bahwa dengan meledaknya jumlah sekolah, mulai dan tingkat sekolah dasar sarnpai ke perguruan tinggi tentunya dapat dipandang sebagai suatu kemajuan, akan tetapi dengan meledaknya jumlah sekolah tersebut, akan terjadi kemerosotan-kemerosotan dalam mewujudkan mutu pendidikan yang dapat dipandang sebagai suatu kemunduran, yang biasa disebut dampak negatif.
Fazlur Rahman menyatakan bahwa pangkal pendidikan Islam adalah mengerahkan peserta didik untuk memiliki etika al-Qur’an sehingga  peserta didik dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya dengan kemampuan untuk mengatur segala yang ada di alam ini untuk kemaslahatan kehidupan seluruh umat manusia. Paradigma Qur’ani terdiri dan tiga kata kunci: “iman, Islam, dan taqwa”. Ketiga kata kunci tersebut mengandung maksud yang sama, yaitu percaya, menyerahkan diri, dengan menaati segala yang diperintahkan Allah dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.
Paradigma Qur’ani ini sangat penting dalam konteks kekinian dimana umat Islam menghadapi arus globalisasi yang digulirkan oleh Barat yang cenderung menjebak manusia dalam kubangan materialisme dan mengesampingkan moralitas dan keadilan. Tidak mengherankan apabila manusia masa kini lebih bersikap individualistik, acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, dan bahkan melupakan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang abadi. 
Dengan paradigma Qur’ani ini, pendidikan Islam akan mampu melahirkan sosok generasi Muslim yang kreatif dan berbudi luhur yang menjadikannya bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan dan keteraturan dunia. 
Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian muslim. Jadi, transformasi pendidikan Islam merupakan penerapan pembentukan kepribadian muslim melalui pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), maupun nonformal (masyarakat) dengan mengutamakan prinsip pembiasaan, keteladanan, dan penanaman nilai-nilai yang bernuansa ibadah-amaliyah yang terencana, sistematis, kontinyu dan berlangsung seumur hidup yang tentunya tetap mengacu kepada ajaran Islam berdasarkan Al Quran-Hadits. Sehingga terciptalah sosok “insan kamil” yang terjamin kehidupannya baik di dunia maupun akhirat.

BAB III
P E N U T U P
A.      KESIMPULAN
1.         Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku, kegiatan jiwa maupun falsafah hidup dan kepercayaannya yang senantiasa menunjukkan sikap sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya, berakhlakul karimah berdasarkan nilai keIslaman sebagaiman termaktub dalam Al Quran dan Hadits.
2.         Konsep tentang sifat-sifat muslim meliputi: konsep tentang individualitas manusia yang menuntut tanggung-jawab pribadi, konsep tentang sosialitas manusia yang menuntut kerjasama dan tolong-menolong, konsep manusia sebagai makhluk bersusila yang menuntut moral dan perbuatan yang baik, dan konsep manusia sebagai makhluk bertuhan  yang menuntut keimanan dan pengabdian, sehingga dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan sosok pribadi muslim yang beriman, beramal, dan berakhlak mulia.
3.         Transformasi pendidikan Islam merupakan penerapan pembentukan kepribadian muslim melalui pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), maupun nonformal (masyarakat) dengan mengutamakan prinsip pembiasaan, keteladanan, dan penanaman nilai-nilai yang bernuansa ibadah-amaliyah yang terencana, sistematis, kontinyu dan berlangsung seumur hidup yang tentunya tetap mengacu kepada ajaran Islam berdasarkan Al Quran-Hadits. Sehingga terciptalah sosok “insan kamil” yang terjamin kehidupannya baik di dunia maupun akhirat.

B.       IMPLIKASI
Dengan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan  Islam, kita sebagai calon guru dapat diharapkan  nantinya dapat berfikir, berkata dan bertindak dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri adalah diharapkan dari seorang pendidik menjadi figur yang dapat dicontoh peserta didik dan masyarakat, Oleh karena itu, segala tingkah laku pendidik harus sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang berasal dari wahyu sehingga peserta didik akan mencontohnya. Faktor terpenting bagi seorang pendidik adalah pribadinya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya, ataukah menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan peserta didiknya.
Sedangkan bagi seorang peserta didik, khususnya kita sebagai mahasiswa, dengan  memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan nantinya dapat berbudi pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga dapat mudah menyerap ilmu yang diajarkan serta nantinya diharapkan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan menjadi seorang yang paripurna (insan kamil) sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang diartikan sebagai manusia utuh Rohani dan Jasmaninya yang dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwa kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam Bish-Shawab

DAFTAR PUSTAKA
Al-Banjani, Ramadhana Rachmat, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an, Jogjakarta: Diva Press, 2008
Departemen Agama RI,  Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006
Marimba, D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Alma’arif, 1962
Mujib, Abdul, Dr., M. Ag., Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Zuhairini, Dra., dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Ed. 1, Cet. 5, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
http://www.google-search.com/transformasi pendidikan agama islam/