Rabu, 04 Maret 2015

Catatan Kebangsaan_Solusi Untuk Bangsaku


SOLUSI UNTUK BANGSAKU
Oleh : Rusman Raymanda

Indonesia adalah negara yang demokratis, berbudaya dan berbhinneka. Sebuah negeri kepulauan yang kaya potensi alam dan lautnya. Siapapun warganya, pasti akan mencintai dan bangga dengan Indonesia. Kemerdekaan yang kita raih adalah hasil pengorbanan para pahlawan dan kejayaan yang kita raih sekarang ini adalah atas pengabdian para tunas bangsa. Lika-liku kehidupan bangsa Indonesia telah banyak mengalami ujian yang begitu panjang seiring dengan rumitnya permasalahan-permasalahan yang datang bermunculan. Solusi yang mungkin bisa menyelamatkan bangsa kita dari segala keterpurukan ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1)   Ketegasan
Ketegasan diperlukan untuk meningkatkan kedisiplinan dan penguatan terhadap segala penindakan hukum dan strategi kebijakan politik. Ketegasan menciptakan kekuatan integritas tinggi terhadap negara lain.
Ketegasan dalam bidang hukum dapat kita wujudkan dalam penindakan tegas dan seberat-beratnya terhadap para pelaku kriminalitas untuk menciptakan efek jera. Pemberian sanksi harus seadil-adilnya berdasarkan tingkat kejahatan pelaku. Seperti para pelaku koruptor, pengguna dan pengedar narkoba, teroris dan para mafia kejahatan dalam suatu institusi pemerintahan.
Bila hukuman mati tidak memungkinkan, hukuman seumur hidup bisa diterapkan bagi para pelaku kejahatan kelas berat. Mereka juga harus mendapatkan bimbingan pencerahan spiritual dalam penjara secara intensif selama masa tahanan. Kalau bisa, pelaku koruptor diasingkan ke tempat yang jauh terpencil dengan penjagaan ketat untuk lebih banyak mengabdi dalam masyarakat kecil serta dapat merasakan bagaiman nasib hidup mereka. Mereka harus diberi tugas untuk memberikan pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat kecil berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Ketegasan dalam kebijakan politik dapat kita wujudkan dalam tanggung jawab pengambilan keputusan bersama, konsekuensi terhadap peraturan, transparansi segala kebijakan institusi, profesionalitas dan integritas tinggi dalam memegang amanah rakyat serta menciptakan politik yang sehat dan dinamis.  
2)   Kemandiriran
Kemandirian merupakan keseimbangan manifestasi potensi sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia. Kemandirian adalah sumber kemakmuran dan kesejahteraan bagi bangsa. Kemandirian juga merupakan investasi yang mendatangkan devisa murni bagi kebutuhan bangsa kita.
Indonesia kaya dengan potensi alam, namun sumber daya manusianya belum mampu untuk memberdayakannya secara maksimal. Yang ada kita tergantung dengan tenaga ahli dari luar, sehingga tak banyak yang kita dapatkan selain menjadi buruh dalam negeri sendiri.
Pendidikan keterampilan sangat perlu kita terapkan dalam menciptakan tenaga-tenaga terampil dan profesional dalam pengelolaan sumber daya alam dalam bidang pertambangan, pertanian dan perikanan. Dalam hal ini pemerintah perlu membangun sekolah khusus yang berkualitas bagi siswa-siswa yang ingin bergabung menjadi tenaga siap kerja, dengan memberikan beasiswa pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada mereka dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Sekolah tersebut tidak terbatas pada usia sekolah tetapi juga masyarakat luas (non formal). Kalau perlu kita mendatangkan guru-guru dari luar yang kompeten untuk berguru pada mereka secara langsung di lapangan. Dengan begitu, kita akan mendapatkan ahli-ahli teknologi sumber daya alam yang handal di masa depan yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengolah dan memajukan berbagai hasil alam dengan kualitas dan kuantitas tinggi, murni hasil keringat sendiri.   
3)   Pendidikan
Pendidikan merupakan alat untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat mencerahkan masa depan bangsa melalui pundak generasi muda. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan keterampilan, inovasi, kreatifitas dan keahlian yang dimiliki untuk memajukan bangsa sehingga dapat bersaing dengan negara lain. Pendidikan adalah tonggak awal dalam membina mental generasi muda.
Kita butuh semangat kebersamaan yang tinggi untuk dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Perlu ada kerjasama yang baik dan terintegrasi antara pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah), dan non formal (masyarakat). Perlu ada perhatian khusus pemerintah dalam memajukan sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah yang sangat jauh terpencil. Bukan berarti mengabaikan sekolah-sekolah di kota dan di desa-desa yang terjangkau pembangunan, tetapi mengusahakan agar mereka tak tertinggal jauh dalam kemajuan pendidikan.
Ujian nasional yang dilaksanakan seragam takkan berarti apa-apa buat mereka yang pembelajarannya hanya sederhana saja dibanding sekolah-sekolah di kota. Bukan hanya guru-gurunya yang harus ditingkatkan kualitasnya melalui program “Indonesia Mengajar”, tetapi harus ditunjang sarana dan prasarana yang lebih memadai. Sudah saatnya sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil menjadi fokus utama pembangunan pendidikan.
Begitu banyak siswa-siswa Indonesia yang berprestasi dalam setiap ajang internasional. Dalam hal ini pemerintah harus merangkul mereka bersama siswa-siswa berprestasi lainnya melalui pemberian beasiswa secara kontinyu, serta pemberian bantuan pengembangan bakat, keterampilan, dan keahlian yang mereka miliki. Sehingga kita telah memupuk calon-calon generasi muda masa depan yang akan ikut memajukan kehidupan bangsa dengan lebih baik.
Bukan itu saja, pendidikan dan pembinaan masyarakat juga harus diperhatikan dalam membangun kesadaran massal sebagai panutan bagi generasi-generasi muda dalam masyarakatnya. Hal ini dapat kita wujudkan melalui seminar-seminar, penataran dan pendidikan non formal. Selain itu, pembinaan masyarakat juga dapat dilakukan dalam membentuk keterampilan masyarakat dalam membangun kreatifitas berwiraswasta dan berinovasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jaman.
Sistem pendidikan di sekolah juga harus benar-benar menyeimbangkan antara kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan), dan spiritual yang nyata. Dengan keseimbangan antara teori dan praktek yang berimplikasi pada tugas-tugas, latihan dan evaluasi akhir yang tak hanya bersifat essay dan praktek, tetapi juga menekankan dalam hal pemecahan masalah (problem solving) yang berbuah solusi logika. Dalam hal ini, ujian nasional harus dirubah soal-soalnya, selain dalam bentuk pilihan ganda sebagai representasi kognitif, juga ditambahkan soal-soal berbentuk essay sebagai representasi afektif dan problem solving yang dapat melatih ketajaman pemikiran nalar siswa dalam menemukan solusi suatu masalah. Bila perlu, ujian nasional juga harus menambahkan ujian praktek sebagai representasi psikomotorik yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang dibutuhkan berdasarkan mata pelajaran. Hal ini bisa dimulai di setiap akhir pembelajaran, ulangan harian, ulangan umum maupun ujian sekolah sebagai bentuk evaluasi maksimal terhadap siswa. Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual, kemampuan bersosialisasi serta membentuk kreatifitas keterampilan berinovasi  dalam diri siswa.
 Setiap materi dan pembawaan pembelajaran harus mengandung nilai-nilai spiritual dan hikmah. Guru harus menjadi teman dan teladan yang baik bagi siswa. Usahakan lakukan pendekatan dan penelitian yang baik terhadap siswa yang bermasalah serta memberi sanksi yang bersifat memberi pelajaran (bukan kekerasan), berikan spirit motivasi, bukan mempermalukan ataupun mematahkan semangat mereka. Sehingga siswa tetap rajin belajar dengan semangat, bukan takut kepada guru yang mudah memberikan hukuman seenaknya.
Memang kurikulum pendidikan nasional kita butuh revisi dan penyempurnaan yang matang, didukung oleh kesediaan guru dalam mengembangkannya. Siswa diberi ruang bereksplorasi yang fleksibel terhadap materi yang diajarkan dengan variasi belajar-mengajar yang kreatif dan menyenangkan tanpa memandang rendah keberadaan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Sehingga pendidikan yang kita harapkan mampu menjadi spirit untuk maju berkembang, serta menjadi jalan menuju terciptanya revolusi mental bagi generasi muda.

Bila hal-hal tersebut dapat kita wujudkan, takkan ada lagi tindakan korupsi, terorisme dan tindakan kriminalitas tingkat tinggi. Takkan ada lagi hutang luar negeri, kecanduan produk dan tenaga ahli dari luar, serta kekurangan kebutuhan penting dalam negeri. Dan takkan ada lagi ketimpangan-ketimpangan sosial dalam masyarakat, ketertinggalan pendidikan, tindakan anarkisme serta perilaku asusila.
Semuanya butuh dukungan dari pemerintah dan diawasi oleh rakyat, serta butuh kesadaran dari berbagai pihak untuk mewujudkannya. Apapun masalah yang terjadi, kita harus tetap mencari solusi yang bijak untuk diterapkan bukan malah saling menyalahkan. Semoga Indonesia menjadi negara yang lebih tegas, lebih mandiri dan lebih terampil dalam membangun kemajuan masa depan agar bisa sejajar dan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya di dunia.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin...

***